Minggu, 09 November 2014

Ini KKC bukan 5cm...


Sampai jumpa kembali dan akhirnya kita benar-benar berjumpa. Bukan selamat tinggal atau sebuah kalimat perpisahan. Berat rasanya ketika kita meninggalkan masa-masa kecil itu, saat usia mulai menjadi dewasa dan kemudian kita pernah berpikir-kembali ke masa kecil itu indah.

Saya kembali membuat postingan sederhana, di dalam blog ini untuk kembali memperkenalkan keluarga kecil yang sama-sama sudah cukup lama saling kenal. Bukan soal cerita serius atau serial drama komedian, ini KKC-Kwak Kwak Cuim- bukan 5cm yang sudah sering kita baca bahkan tonton.

Semuanya kembali menyatu, dari yang dahulu biasa-biasa saja sampai sekarang sedikit menjadi luar biasa. Satu-persatu di antara kami mulai berpencar dan kita hanya dibatasi media komunikasi seluler. Baiklah, untuk mempersingkat waktu, beginilah ceritanya...

Selasa, 04 November 2014

#JamaahTyphobia Luar Biasa Hebat

Wel wel wel to the weel. Alaah, maaf kalau agak kesandung bahasa abg yang lagi trend di sinetron. #AbaikanSaja *Jangan harap untuk mencoba mengucapkanya, lidah pasti bergoyang. Pasti* peace

Ulaalaa, agak sedikit nganu emang kalau diteruskan membaca. Sebelum salah langkah untuk lebih lanjut, alangkah lebih baiknya saya menyarankan untuk back segera deh. Karena tulisan-tulisan iseng ini agak aneh. Apalagi kalau ketemu yang bikin tulisan ini pasti bakal lebih aneh. *Pengen banget di ajak-sekilas mengajak* :D  #BackURL

Okelah, mari lanjut. Untuk menyempurnakan kepingan-kepingan tulisan keluarga #JamaahTyphobia, saya akan ikutan menulis betapa syahdunya ada di keluarga baru yang sangat luar biasa kreatif, keren dan overral dua jempol mereka semua.

Awal mulanya sederhana, kita saling kenal dan kemudian mulai menyatu, lalu siap bergabung dan berubah- *power ranger kali*. Banyak benar ilmu yang bisa dipetik dari keluarga ini, dari membedah buku, curhat-curhatan, dan yang paling penting saling berkomentar-untuk memajukan perkembangan bersama. Lope lope dah, I Love You Full­-kata Eyang Mbah Surip XD

Rabu, 01 Oktober 2014

Sepucuk Surat Untuk Mantan

Sial benar! Sekali lagi aku mendekatkan mataku di depan layar komputer hanya untuk membaca sebuah status pertunangannya di facebook. Semuanya aku lihat jelas, mereka berdua sudah membuat status baru. Tak cukup sekali aku meyakini profil Zenith Marisa yang kedapatan menjalin hubungan dengan Praditya Dana. Dari foto sampul yang terlihat jelas mereka pamerkan kemesraan sambil melempar senyum dan sepasang cincin berkilau jelas melingkar di jari manis mereka berdua.

Enggak, nggak mungkin ini status buat-buatan. Sementara foto-foto mereka saja sudah saling memamerkan kemesraan yang membuat orang lain melihatnya terkesan. Wajar-wajar juga sih, di umur mereka yang sekarang dengan status pertunangan dan bahkan sudah ada yang menikah. Bukan seperti waktu-waktu masih jadi anak sekolah, mau pasang status berpacaran saja takut-takutan terlihat orang tua.

“Hmm.” Aku mendesah-lebih tepatnya mengeluh- saat melihat facebook yang aku buka dengan tampilan pertunangan mereka. “Tak kukira akan secepat ini, Dana. Akhirnya kamu bertunangan dengan Marissa. Padahal selama ini yang kutahu, kalian berdua itu sangat berbeda sifat.”

Selasa, 16 September 2014

What Ever!

Cinta, siapa orang yang tak mengenal kata itu. Bukan hal yang tabu lagi saat ini jika ada anak usia dini sudah mengenal istilah cinta yang di identikkan dengan pacaran. Mereka akan tersipu malu jika ada temannya yang menjodoh-jodohkan dirinya dengan seseorang. Bahkan tak jarang perjodohan itu berakhir dengan kata ‘PACARAN’. Dan, ketika itu pula duniamu akan berubah, yakinlah!!!
Satu tahun berlalu. Hubunganku dengannya semakin erat hingga akhirnya ada wanita lain yang menyelusup. Aku tidak tahu wanita itu turun dari langit keberapa yang jelas ucapannya begitu menyakitkan. Usianya sekitar tiga tahun di bawahku. Sudah sejak lama memang aku merasakan ada cinta yang tumbuh darinya untuk Agha. Terlihat dari pesan-pesan dan komentarnya di facebook. Setiap kali kutanyakan pada Agha, ia hanya menjawab ‘adik-adikan’. Please deh!!!
Sudahlah... aku tak ingin mengingat kejadian tersebut. Intinya sejak hadirnya ‘dia’ hubungan kami merenggang. Aku sudah tak perduli lagi pada Agha yang kerap kali berbohong padaku demi wanita ingusan itu. Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami.

Sendiri...

Malam ini bulan sempurna... tapi tak begitu dengan rasa yang ku kecap dalam perjalanan ini.


Ia tak akan pernah sempurna seperti bulan yang bercahaya terang...karena ku tahu, ia yang begitu kucintai telah meredupkan cahayanya,sinarnya.


Padam. dan aku, tak punya pemantik apa pun untuk menyalakannya.

Mungkin mereka bahagia, bersama pasangannya masing-masing.


Sementara aku, hanya diam berteman sepi, sahabat sejati dalam kesunyian.


Malam ini memang tetap sama, saat aku selalu sendiri.

Aku sering bertanya pada bulan.


Bagaimanakah ia dapat sempurna bercahaya meski ia sendiri.


Berteman sepi. Tidakkah ia iri pada bintang yang berpesta pora setiap malam dengan pasangannya masing-masing? 


Ah,bulan. Aku yang iri padamu. Kau selalu memukau dengan kesendirianmu. Tak sepertiku, yang begitu redup hanya karena ia yg pergi meninggalkanku.

Setia... itu yang mampu aku dapatkan dalam keharmonisan malam, saat bulan dan bintang selalu bersama, kalian terlihat indah di pandang mata, terlihat dengan jelas.


Tapi, apakah aku bisa seperti kalian? Biar malam gelap, kau selalu datang dengan sinarmu yang sempurna.


Hilang, Kini Kau Bersama Dia

Kembali ke hari itu, kau sama sekali tidak berbicara. Jadi, aku pun hanya bisa merutuk dalam hati.

'Bisakah kau tidak membuatku menunggu bahkan ketika kau telah berdiri di sampingku?!'

Tapi kau adalah kau. Lelaki yang setiap harinya lebih suka menghitung berapa kali ombak telah menyentuh pantai ketimbang membalas pesan pendek dariku.

'Jadi, kenapa aku bisa menikah dengan lelaki ini?'
Itulah pertanyaan bodoh yang akhir-akhir ini sering muncul di kepalaku.

***
Maaf, mungkin aku hanya bisa sampaikan satu kalimat yang sebenarnya tak berarti.

Alasan yang tak berguna, bukan jawaban yang tak ingin kau dengar.

Namun, apa daya. Lambatnya waktu membuatmu jenuh menunggu.

Setiap kali aku menghitung ombak, rasanya percuma untuk mengembalikan kepercayaanmu itu.

Kau adalah kau, wanita senja dengan penuh perhara. Setiap petang akan hilang selalu menyimpan keindahannya bersama gelap karena malam.

Pergilah, kasih. Jangan kau tunggu aku lagi.

Mungkin pilihanmu dengan dia, bukan untuk bersamaku kembali.

Maaf, cukup sampai disini, kita bertahan dan tak lagi bersemi.


Jumat, 05 September 2014

Seiap Tempat Punya Manfaat

Setiap tempat punya nilai-nilai tersendiri bagi kita yang mengunjungi. Tentunya kita pernah merasakan dari yang namanya bosan atau pun jengah. Namun, nggak perlu khawatir lagi. Sekarang di ibukota, tepatnya Jakarta. Kita sudah dapat melihat taman-taman yang di sediakan oleh pemprov DKI Jakarta di pinggir jalan, seperti :
·        Taman Suropati
·        Taman Menteng
·        Taman Ayodya
·        Taman Sepat
·        Taman Tanjung
·        Taman Ismail Marzuki
·        Taman Impian Jaya Ancol (Pantai Karnaval)

Air Mata Hati

Apa harus selalu seperti ini? Setiap aku kembali untuk memasuki kamar, tubuh lemahnya terlihat jelas dari pandangan yang jelas ini. Suara lekikan batuknya selalu sampai ke dalam hati, saat telinga yang aku miliki tak sanggup mendengar lagi. Tuhan... tolong kembalikan dia pada diri yang sebelumnya ceria aku lihat, tertawa aku dengar.

Clara duduk di balkon teras rumahnya. Bagian depan rumahnya tidak terlalu besar, namun beberapa tanaman gantung berjejer rapi di atas. Kolam di pojok rumah terlihat penuh dengan ikan-ikan hias yang bermacam warna, menambahkan nilai unsur kesejukan dari replika bebatuan yang tersusun.

Pikirannya selalu terasa tenang saat menjajaki balkon depan rumahnya. Namun, untuk kali ini dia tidak dapat menghindar dari rasa ketakutan saat matanya selalu menangkap lemah tubuh ayahnya di atas kasur.

Dia terdiam memperhatikan ikan-ikan yang berenang di dalam kolam. Meski demikian, pikirannya kali ini tertuju dengan keadaan ayahnya yang sedang berobat ke luar negeri. Kali ini, balkon tempat biasa dia melewatkan kesepian tidak berfungsi sama sekali. Clara membungkukkan tubuhnya dengan kedua tangannya yang menutupi wajah.

 “Sedang apa, Clar? Tante perhatikan dari jauh kamu murung aja.” Suara tante Rose mengakhiri lamunan Clara.

Selasa, 12 Agustus 2014

Kita... Mimpi Indah!

Mimpi itu memang indah.
Saat mata kita terpejam, bahagia itu datang dengan mudah. Dan hilang begitu singkat, kemudian menyisakan luka.

Entah, aku pun sendiri bingung.
Kenapa mimpi itu indah? Dan, kenapa luka selalu datang saat kita ingin bahagia?
Sadarkah kamu,Nes. Waktu kita singkat, begitu pun harapan kita berdua yang hilang.
Kita bersama lalu kemudian berpisah, tersiksa dengan beratnya kecewa.

Selamat tinggal, Nes.
Kau seperti senja, lalu hilang dengan warna jingga.
Kau begitu indah, saat masa-masa kita berdua pernah bersama.

Aku bermimpi, kita akan bertemu kembali.
Aku, kamu dan kita semua saling bersemi, melukis kisah baru dalam kanvas putih.
I remember you, Nes.
Setiap kenangan selalu ada jeda untuk bahagia.
Selalu mengurai masa-masa kenangan yang tercipta.

I Still Loving You.
Kalimat singkat untuk Nessa di surga.


Mimpi...

Nes, ada banyak hal yang benar-benar indah, saat aku mengatakan kepadamu nanti kita akan selalu bersama merajut cinta.
Ku harap setiap mimpi-mimpi ini akan menjadi kenyataan yang selalu aku impikan.
Kehilangan setelah kebersamaan kita nanti akan menjadi luka yang sangat membebani pikiranku.

Aku pikir ini cinta.
Kita bersama-sama kembali hangat ke dalam kisah asmara.
Kecewa, itu bukan takdir yang kita terima.
Aku kehilangan kamu, orang pertama saat aku mengenal rasa, kita bertemu dan kemudian berpisah begitu saja.
Biarlah, biarkan waktu menjawab kisah kita.
Biarlah aku simpan semua luka, kenyataan yang tak pernah aku inginkan. Kita berpisah, kau dan aku tak saling kenal.

Adakah cinta yang tulus kepadaku.
Adakah seseorang yang bisa membuatku kembali nyaman.
Kini, aku sendiri. Sederhana mungkin memberi rasa tanpa kau disisi.

Inikah cinta? Manis yang aku rasa dalam rasa. Pahit yang aku dapatkan karena kecewa.
Manisnya kata membuatku dilema dalam ruang yang tak akan bisa aku dapatkan untuk sebenarnya.

Kamis, 07 Agustus 2014

Hey! Untuk Kamu Sahabatku

Hey! Untuk Kamu Sahabatku.

Entah, kenapa tiba-tiba perasaanku menjadi gelap seperti ini. Apa benar jatuh cinta itu akan tumbuh seiringnya waktu yang kita jalani? Teman, nampaknya kita berdua memang sudah ditakdirkan untuk tidak lebih merasakan cinta. Memang, setiap manusia mempunyai hubungan yang unik dalam kisah asmaranya. Tapi, bukankah mereka sudah saling jatuh cinta? Sementara aku, hanya bisa diam di dalam kebimbangan yang selalu aku rasakan saat bersamanya.

Sering benar aku mendengar mereka bercerita dengan bangga, membagi kisah nyata yang berawal dari teman berakhir dengan bergantengan  tangan. Ingin rasanya aku mengatakan hal yang sesungguhnya terjadi, tak hanya menyimpan perasaanku seorang diri yang kemudian selalu berharap lebih kepadanya. Namun, itu hanya halusinasiku yang tak pantas memilikinya lebih dari seorang sahabat.

“Jangan kecewakan dia, Rey. Bukankah persahabatan kalian selalu indah dan penuh suka cita selama ini.” kenyataan seperti itu selalu menghantui hatiku yang takut berujung kesalahan yang fatal untuk kita berdua.

Aku kembali memperhatikan gambar-gambar yang selalu dia upload di akun sosial media miliknya. Tuhan, aku selalu berpikir untuk selalu memilikinya. Bukankah, Kau selalu mendengar setiap doa-doa yang kami sampaikan?

Sabtu, 26 Juli 2014

26 Agustus (Sepanjang Kenangan Kita)

Waktu yang singkat kembali memisahkan kebersamaan kita semua. Tentunya kita semua tidak menginginkan hal itu terlalu sering terjadi pada diri kita. Entah itu kebersamaan kita dengan paasangan kita, keluarga dan bahkan sahabat-sahabat yang sudah sekian lama mengenal kita atau pun baru kita kenal.

Pasti punya cerita yang indah untuk kita kenang, maka dari itu saya ingin menyimpan kenangan itu di blog ini. Kenangan kebersamaan yang singkat karena waktu yang kurang dari 12 jam kita tertawa bersama. Sebelum kenangan itu bercampur dengan kenangan yang lainnya di dalam memori ingatan saya, maka dari itu saya catat dan simpan kebersamaan pada tanggal 26 Agustus 2014.

Pada awalnya kita sudah merencanakan acara buka puasa bersama yang sudah fix bertempat di sebuah tempat bernama Lets Eat, Jakarta Selatan. Udah ramai benar sih dari siang di group chat Whatsapp kita, yaitu “KKC”. Satu kelompok group yang di dalamnya anak-anak paling jahil dan konyol kalau lagi bertemu. Terutama yang bernama Ilham (Pecok si Coki) selaku kepala adminnya.

Kamis, 24 Juli 2014

Review Cinta "Baca Cinta Dengan Titik"




Kenangan adalah benda yang diam (jika ia bisa disebut benda). Tidak bergerak dan menetap seperti guci di sudut rumah yang tidak berpenghuni. Bisu dan bahkan angker. Ia menentang hukum waktu yang selalu bergerak. Ia tidak berubah bentuk. Ia terbingkai dan bingkainya ikut abadi selamanya. Ia tidak bisa dihapus dan bisa dikaitkan dengan  permanen. Melekat seperti roh pada jasad dan jasad pada roh. Tidak seperti kehidupan, ia tidak menginginkan perubahan. Ia tidak bisa berubah. Ia tidak bisa diapa-apakan selain diterima sebagai bagian dari sejarah dan riwayat seseorang.

Review Novel Interlude

Hanna,
listen.
Don’t cry, don’t cry.
The world is envy.
You’re too perfect
and she hates it.

Aku tahu kau menyembunyikan luka di senyummu yang retak.
Kemarilah, aku  akan menjagamu,
asalkan kau mau mengulurkan tanganmu.

“Waktu tidak berputar ulang. Apa yang sudah hilang,
tidak akan kembali. Dan, aku sudah hilang.”
Aku ingat kata-katamu itu, masih terpatri di benakku.

Aku tidak selamanya berengsek.
Bisakah kau memercayaiku, sekali lagi?

Kilat rasa tak percaya dalam matamu,
membuatku tiba-tiba meragukan diriku sendiri.
Tapi, sungguh, aku mencintaimu,
merindukan manis bibirmu.

Apa lagi yang harus kulakukan agar kau percaya?
Kenapa masih saja senyum retakmu yang kudapati?

Hanna, kau dengarkah suara itu?
Hatiku baru saja patah….

Rabu, 23 Juli 2014

Review Novel Surat Untuk Ruth



Buku ke enam yang dipersembahkan Kak Bara, sebelum Surat Untuk Ruth ini, saya sudah jatuh cinta dengan buku dari kumpulan-kumpulan cerpen yang berliau sajikan. Asyiknya novel Surat Untuk Ruth ini di ambil dari salah satu cerpen Milana(Kumpulan cerpen). Awalnya saya sempat kaget mendengar judul novel ini, apakah benar dari kumpulan Milana? Akhirnya saya mendengar langsung penuturan yang Kak Bara sampaikan, tepatnya di JCC, Senayan.

Buku ini mengunakan sudut orang pertama yaitu si tokoh Pria bernama Are (Seorang mantan) dari perempuan yang bernama Ruth. Ironis, Ruth. Kamu berkata “Aku sayang kamu” tepat pada saat kamu harus meninggalkanku.

Cerita dimana kisahnya tentang seorang pemuda yang jatuh cinta dengan cara tidak biasa kepada perempuannya. Areno Damar atau sebutan namanya sebagai Are yang bertemu dengan Ruth di dalam sebuah kapal feri yang berlayar menuju Bali. Saat itu cinta pada pandangan pertama? Entahlah, yang pastinya si perempuan yang bernama Ruth ini berhasil menarik perhatian Are hingga akhirnya, dari hanya pandangan yang bertemu berubah manis menjadi perbincangan yang hangat tak kunjung henti.

Review Novel Remember When







Novel kedua dari Mbak Winna Efendi, setelah menamatkan novel pertamanya yang berjudul Refrain. Dimana novel yang masih mengangkat cerita cinta anak sekolah ini memiliki empat sudut pandang. Berbeda dari novel terdahulu yang mengambil sudut pandang orang ketiga, sekarang Mbak Winna memakai sudut pandang orang pertama dari tiap tokoh yang terlibat. Empat sudut pandang yang terdapat dalam novel ini adalah sudut pandang Freya, Gia, Adrian, dan Moses.

Berawal dari ketertarikan Adrian kepada Gia dan Moses kepada Freya, Adrian dan Moses memutuskan untuk menyatakan cinta kepada pujaan hatinya di hari yang sama. Adrian yang gemar bermain basket ini berhasil menaklukan Gia yang memiliki jiwa seni dan sangat gemar berorganisasi. Begitu juga dengan Moses yang prestasinya selalu berada di puncak dengan label Ketua OSIS di sekolahnya berhasil dapat memikat Freya yang juga memiliki prestasi di atas rata-rata. Semuanya begitu manis dan menyenangkan, terutama sahabatnya sendiri juga merasakan hal yang sama. Adrian dan Moses yang telah bersahabat dari kecil dan begitu juga dengan Freya dan Gia yang memiliki jalinan pertemanan yang sudah sangat dekat.

Apalagi kelebihan yang mereka miliki membuat semua pasangan di sekolah pasti akan iri dengan kesempurnaannya. Namun, dalam sesi ini terlihat perubahan yang sedikit demi sedikit muncul setelah 2 tahun kebersamaan kedua pasangan tersebut. Perubahan tersebut tidak secara sadar langsung dirasakan, tetapi perlahan-lahan dapat merasuk ke dalam diri mereka semua. Berawal dari seorang Freya yang mengganti warna rambutnya saat menghadiri pesta ulang tahun yang direkomendasikan Gia, sangat disukai Adrian, tetapi ditolak Moses dengan sikap kasar di luar dari biasanya.

Senin, 21 Juli 2014

Pesan Singkat Untuk Harapan


Satu hal yang aku lihat...
Menatap kedua matamu aku tak sanggup...
Ribuan kata hanya aku simpan...
Satu hal yang aku inginkan...
Memilikimu dengan cinta dan rasa...
Satu cara yang belum aku bisa lepaskan,
Mengungkapkan cinta...
Menahan rasa dengan keindahan yang hanya aku pendam bersama luka...

Dar, ada banyak cara yang aku ingin ungkapkan rasa untukmu...
Saat melihat pesona dari mataku, kau begitu indah dengan balutan hijab dikepala...

Semoga kau mendengar, Dar. Rintihan jiwa yang selama ini aku pendam terlalu lama...
Luka di hati, bercampur keruh bersama harapan...

Masih adakah sedikit ruang yang kau berikan untukku?
Masih sanggupkah buatku menahan rasa, menyembunyikan luka di balik kebisuan...

Aku harap kamu mendengar, memberikan sedikit cinta di dalam rumah tangga kita kelak.
Doa dan harapan aku sampaikan padamu, Tuhan.

Salam,
Calon suami yang masih butuh jawaban untuk masa depan kita.

Krishtian.

Pilihan Kita


Masa orde baru akan di mulai dengan pemimpin yang sudah menjadi pilihan.
Dua pasang lelaki dewasa memberikan argumen untuk rakyat.
Masih ingatkah kita di saat kecil yang tidak mengerti apa-apa?
Mendengar dengan telinga, namun tak mengerti apa yang mereka ucapkan.
Melihat slogan-slogan yang terbentang lebar di atas jalanan, tapi kita menunjuk tanpa sadar siapakah mereka?

Rakyat, itulah kita.
Mereka di sana, calon-calon pemimpin kita.
Mereka di sana akan menjalankan mandat dari harapan yang kita sampaikan.

Satu pasang, dua orang. Suara kita bersama yang menentukan pemimpin Indonesia.
Angkat tangan kita.
Ulurkan jemari yang ada dengan senyum indah.
Kita siap, kita kuat dan kita bisa mendengar keputusan yang sudah menjadi keputusan mutlak.

Kita satu bangsa, menjunjung bhineka tunggal ika.
Kita semua akan sama, siap menjadi rakyat yang menginginkan perubahan.

Indonesia, pancasila dasar negara.
Merah putih, warna yang hidup dengan semangat yang suci.
Banyak langkah yang harus mereka jalankan kelak.
Kerja sama, kita gotong royong menjunjung kebersamaan yang erat.

Bersama doa kita sampaikan.
Dari harapan kita harus wujudkan.
Percaya, yakin dan jujur kita ikhlas untuk lima tahun ke depan.
Membangun bersama, mendukung pergerakan.
Bekerja rata, adil dan makmur tujuan keadilan bangsa kita semua.


Minggu, 13 Juli 2014

Ketakutan Dalam Keraguan

Ada banyak hal yang tak bisa aku ungkapkan di dunia.
Satu dari banyak hal itu adalah menahan perasaan.
Saat jatuh cinta dengan seseorang, aku selalu menyimpannya tanpa sadar.
Menumpukkan luka yang tercampur bersama mimpi-mimpi indah.

Aku tahu, kecewa itu pasti akan kita dapatkan.
Ketika keinginan kita untuk memiliki dia berujung luka.
Tapi, apakah kau bisa lepas dengan semua beban perasaan yang kamu punya?
Ketika perasaan itu hanya bisa terpendam di dasar jurang ketakutan.

Cinta.
Singkat dan mudah bila kita ucap begitu saja.
Bahagia dan tentram saat sepasang tangan menggenggam erat.

Bayangkan saja, bunga di taman tak cukup sekali menerima kumbang menghisap madunya.
Itu sama, seperti pria atau wanita yang menjalani hidup bukan berpatok pada diri kita seorang.

Kecewa, aku selalu berharap menjauhi kalimat yang membuatku terluka.
Bahagia, akhir setiap perjuangan aku inginkan bersama-sama.
Satu hal dalam pintaku yang tak pernah lepas dalam doa, kau indah bersama senyuman.

Sabtu, 12 Juli 2014

Hujan Kerinduan Kita

Hujan...
Aku melihat kau dari balik jendela.
Memegang erat jari-jemariku, merangkul hangat dengan angan dalam imajinasi.
Setetes demi tetes berhasil membasahi permukaan, saatku merasakan kekejaman dengan kerinduan.

Hujan...
Apa kau mendengar jeritan rinduku untuk dia?
Mengapa kita berpisah dengan rindu yang mendalam, saat hujan kembali datang.

Adakah kehangatan yang bisa aku rasakan di dalam rinduku untuk dia?
Di saat manjaku tak lagi bersama, kecuali kesendirian.

Aku percaya hujan tak selamanya memberikan rindu,
Tak selamanya membuatku selalu membisu.
Ketika cahaya gelapnya hilang, kau pergi dengan pesona indah di langit yang bisa kutatap dengan mata.

Meneteskan rindu memang berat saat kita tak berdua tidak saling dekat.
Sama halnya ketika kita seperti dulu, kau dan aku menjadi gelap seperti hujan. Lalu kemudian, kita berdua menggambarkan pelangi indah di pesona alam, ketika kita berdua saling melengkapi cerita dengan cinta.
Kita bersama, tak seperti dahulu berpisah dengan keegoisan.
Kita berdua, seperti sekarang melawan rindu dari balik hujan yang mengikis perpisahan.

Senin, 23 Juni 2014

I'am Still Loving You

I'am Still Loving You

Musim kemarau saat ini benar-benar terasa panas aku rasakan. Tak disangka-sangka waktu yang terus berputar sangat cepat berlalu meninggalkan hujan. Apa yang aku dapatkan selama hujan datang? Sementara kemarau sudah datang tanpa harus aku undang.

“Mau teh hangat?” Agha menyodorkan secangkir teh.

Tanpa berpikir panjang, Devi menerima pemberian minuman hangat itu. “Terima kasih.”

“Sama-sama.” Agha kembali memberikan senyumannya. “Sedang menunggu siapa? Boleh aku duduk kembali disebelahmu?”

“Jemputan. Silahkan, nggak ada yang larang kamu untuk duduk, Gha.” Katanya, lalu Devi menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri dan kanan untuk memastikan mobil yang menjemputnya sudah datang.

Ah, kenapa belum datang juga sih. Devi mengambil cangkir teh hangat, mendekatkan ujung cangkir teh itu di tepi bibirnya. Malam ini adalah waktu yang sangat membosankan baginya karena menunggu.

“Sedang terburu-buru?” Tanya Agha. Baginya itu pertanda basa-basi pertemuannya kembali di depan kafe.

Minggu, 18 Mei 2014

Unwanted Leave Taking

Hujan datang menggelap gulitakan keadaan, saat ini aku melihat keluar jendela dan langit menjadi gelap. Langit memandangku dengan tatapan tajam, suara petir terus terdengar sambil memburuku dari balik rumah.

“Rey, gak ada henti-hentinya kamu menghantui aku.” Aku hanya bisa bertanya dengan diriku sendiri, foto-foto kenangan kita berdua masih aku susun rapih di dalam kotak kecil.

Tahukah kamu, Rey. Butuh waktu untukku melupakan dan merelakanmu, di dalam kamar ini punya cerita tentang kita berdua, satu hal yang tak pernah aku lupakan dari kamu, kotak kecil berpita putih ini jadi satu hal yang berharga untukku.

“Nak.” suara Ibu terdengar memanggilku dari ruang tamu.

Aku terbangun dari lamunanku. “Iya, Bu. Tunggu sebentar”.

Sudah cukup, Rey. Foto kita berdua hanya masa lalu, walau aku menangisimu saat ini, percuma. Kamu melihatku dari jauh, bukan merangkul dan bahkan memeluk tubuhku seperti dulu. “Kamu kuat, Dar.” Aku menasehati diriku sendiri sambil memainkan tisu di sekitar wajahku yang lembab dengan air mata.

Suara ketokan pintu itu kembali terdengar dari depan kamarku, Ibu yang masih menungguku terus memanggil dengan seruan nada tingginya “Dara... Dar. Kamu lagi apasih? jadi ikut ibu pergi tidak.” Suara ajakan Ibu kembali terdengar.

Seperti Senja, Kau Hilang Dengan Keindahan

Suara dan senyuman itu hadir, sementara aku hanya diam menahan malu. Aku melihat, mendengar dan memujamu sesaat pertemuan itu. Pertemuan dimana kamu dan aku masih dalam satu .

Waktu itu singkat, benar-benar singkat untuk aku. Kurang dari 2x24 jam kita bertemu, keindahan itu pudar. Harusnya aku punya mesin waktu yang aku bisa hentikan dengan mudah cerita kebersamaan kita, “Sudahlah, aku mengenalmu hanya untuk mengagumi, bukan untuk memilikimu.”
Aku melihatmu menatapku, menyapa malu dengan senyuman yang tergambar jelas dari kedua mataku. Bola matamu terlihat berkilau, memancarkan cahaya di dalam kegelapan.
“Kamu ngefans sama aku, ya? daritadi terus mengikuti aku” katamu yang berdiri dekat dengan teman perempuanku.
“Aku tidak tahu. Mungkin kebetulan saja” aku membatin, sebelum aku membalas sapaanmu “Emang aku mau kesana, satu tempat ini kan kecil dan kita punya kegiatan yang sama” seruku
Senyuman itu aku lihat kembali. Wajahmu hanya berjarak satu meter denganku. Aku masih bisa melihatmu, sebelum kau masuk menuju ruangan yang memisahkan kita.

Sabtu, 10 Mei 2014

Dunia Friendzone!!!

Friendzone, banyak istilah dan arti di dalam lingkungan daerah pertemanan yang satu ini. Saya pernah menjumpai dan mendengar kisah-kisah dalam kejadian seperti ini. Awalnya sih biasa-biasa saja, namanya juga manusia kalau belum kenal saling diam-diaman dan bahkan cuek habis satu sama lain untuk jaga imagenya.
Ada beberapa hal yang akan saya bahas mengenai frindzone ini, seperti :
1.    Kakak adikkan
2.    Teman tapi teman
3.    Jatuh cinta
Di antara ketiga ruang friendzone tersebut banyak kecewa dan banyak bahagia. Memang benar kata pepatah “Tak kenal maka tak sayang,” tapi banyak kesalah pahaman yang sering saya dengar. Dari awalnya yang biasa-biasa saja bisa saling jatuh cinta. Wajar-wajar ajasih kalau dua-duanya saling suka tanpa mengorbankan perasaan orang lain.
Ingat loh, ya. tanpa mengorbankan perasaan orang lain, bukannya mementingkan perasaan diri sendiri. Banyak sekali di sekitar saya yang seperti ini dan kenyataan yang sekarang saya tangkap adalah “Hubungan kakak adikkan lebih romantis dan bahagia di bandingan si pria ataupun si wanita menjalin hubungan berpacaran dengan pasangannya.”
Oke, saya akan beda-bedakan dari kriteria ketiga di sana untuk lebih jelasnya. Saya akan coba bahas dari yang namanya: