Kembali
ke hari itu, kau sama sekali tidak berbicara. Jadi, aku pun hanya bisa merutuk
dalam hati.
'Bisakah
kau tidak membuatku menunggu bahkan ketika kau telah berdiri di sampingku?!'
Tapi
kau adalah kau. Lelaki yang setiap harinya lebih suka menghitung berapa kali
ombak telah menyentuh pantai ketimbang membalas pesan pendek dariku.
'Jadi,
kenapa aku bisa menikah dengan lelaki ini?'
Itulah
pertanyaan bodoh yang akhir-akhir ini sering muncul di kepalaku.
***
Maaf,
mungkin aku hanya bisa sampaikan satu kalimat yang sebenarnya tak berarti.
Alasan yang tak berguna, bukan jawaban yang tak ingin kau dengar.
Namun,
apa daya. Lambatnya waktu membuatmu jenuh menunggu.
Setiap kali aku menghitung ombak, rasanya percuma untuk mengembalikan kepercayaanmu itu.
Kau
adalah kau, wanita senja dengan penuh perhara. Setiap petang akan hilang selalu
menyimpan keindahannya bersama gelap karena malam.
Pergilah,
kasih. Jangan kau tunggu aku lagi.
Mungkin pilihanmu dengan dia, bukan untuk bersamaku kembali.
Maaf, cukup sampai disini, kita bertahan dan tak lagi bersemi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar