Hanna,
listen.
Don’t cry, don’t cry.
The world is envy.
You’re too perfect
and she hates it.
Aku tahu kau menyembunyikan
luka di senyummu yang retak.
Kemarilah, aku akan menjagamu,
asalkan kau mau
mengulurkan tanganmu.
“Waktu tidak berputar ulang. Apa yang sudah hilang,
tidak akan kembali. Dan,
aku sudah hilang.”
Aku ingat kata-katamu itu, masih terpatri di benakku.
Aku tidak selamanya berengsek.
Bisakah kau memercayaiku,
sekali lagi?
Kilat rasa tak percaya dalam matamu,
membuatku tiba-tiba
meragukan diriku sendiri.
Tapi, sungguh, aku mencintaimu,
merindukan manis
bibirmu.
Apa lagi yang harus kulakukan
agar kau percaya?
Kenapa masih saja
senyum retakmu yang kudapati?
Hanna, kau dengarkah suara itu?
Hatiku baru saja patah….
***
Interlude, kalimat singkat yang berhasil membawa saya untuk
terpicut kembali memiliki koleksi buku tulisan Mbak Windry yang ke empat,
setelah sebelumnya saya puas dengan Orange, Montase dan STPC Gagas London. Menurut pengakuan Mbak Windry saat talkshow waktu itu di Jakbook,
novel Interlude ini adalah novel dengan
genre new adult. Genre baru yang di
tawarkan oleh editor Gagas yang menawarkan kepada Mbak Windry untuk menulis,
hingga akhirnya menghasilkan Interlude dengan tokoh di dalamnya Hanna dan Kai.
Alur ceritanya memang
agak berbeda dari karya-karya Mbak Windry
sebelumnya. Akan tetapi, saya berhasil
mendapatkan greget-greget dengan sendu yang sangat penasaran untuk menantikan
yang baru karya beliau. Dalam novel ini,
saya diperkenalkan dengan seorang pemuda yang sangat menyukai musik jazz
bernama Kai. Pemuda genius yang sangat dipuja-puja banyak perempuan, ia adalah
seorang gitaris terbaik dari bandnya yang bernama Second Day Charm. Namun,
meski seorang Kai adalah seorang pemuda yang biasa dikenal “berengsek”, para idola
tetap terkesima dengan penampilannya.
Hanna,
seorang perempuan yang sangat tertarik pada The LittleMermaid. Ia ingin sekali
terjun ke laut dan menjadi seperti Putri Duyung. Ia selalu menginginkan luka
yang dimilikinya akan hilang bersama air dan secara perlahan tak dirasakannya
kembali. Seorang gadis yang mempunyai masa lalunya yang buruk, sejak satu tahun
yang lalu ia pernah diperkosa. Kehidupannya selalu digunjingkan oleh
mahasiswa-mahasiswa lain yang mengenalnya di kampus. Tekanan demi tekanan
semakin membuatnya takut akan seorang laki-laki yang asing bagi dirinya.
Seiring
dengan berjalannya waktu, ketika itu Kai merasa sangat bersalah kepada Hanna,
ia selalu berusaha keras hingga Hanna dapat memaafkannya dan memberikan
kesempatan kedua untuknya. Usaha yang tidak sia-sia untuk Kai, ia berhasil menyakinkan Hanna : Tidak selamanya laki-laki seperti dia akan
berengsek. Namun, meski hubungan di antara Hanna dan Kai sudah berangsur
membaik, bagi Hanna tidaklah mudah untuk
melupakan apa yang sudah terjadi pada dirinya di masa lalu.
“Ada
sesuatu mereka sepakati bersama, di dalam satu hal yang ternyata, mereka sama.
Rapuh, terluka itulah yang mereka pernah dapatkan.”
Kisah
yang dapat saya ceritakan tidak akan panjang, karena kenyataan yang pernah
orang rasakan dalam kehidupannya tertulis ringan dengan penyampain orang
ketiga, berbeda dari cerita sebelumnya.
Sukses
Mbak Windry, buku ke lima yang berhasil menghipnotis saya. Silahkan kalian
miliki dan baca untuk kelanjutan ceritanya, buat saya memiliki buku ini tidak
menyesal dan cukup cantik menempati susunan buku-buku dari gagas. Masih
menunggu cerita-cerita selanjutnya, Orange, Montase, London dan Interlude,
kemudian apa lagi? Kita tunggu saja dari Mbak Windry nantinya. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar