Kamis, 24 Juli 2014

Review Novel Interlude

Hanna,
listen.
Don’t cry, don’t cry.
The world is envy.
You’re too perfect
and she hates it.

Aku tahu kau menyembunyikan luka di senyummu yang retak.
Kemarilah, aku  akan menjagamu,
asalkan kau mau mengulurkan tanganmu.

“Waktu tidak berputar ulang. Apa yang sudah hilang,
tidak akan kembali. Dan, aku sudah hilang.”
Aku ingat kata-katamu itu, masih terpatri di benakku.

Aku tidak selamanya berengsek.
Bisakah kau memercayaiku, sekali lagi?

Kilat rasa tak percaya dalam matamu,
membuatku tiba-tiba meragukan diriku sendiri.
Tapi, sungguh, aku mencintaimu,
merindukan manis bibirmu.

Apa lagi yang harus kulakukan agar kau percaya?
Kenapa masih saja senyum retakmu yang kudapati?

Hanna, kau dengarkah suara itu?
Hatiku baru saja patah….


***
Interlude, kalimat singkat yang berhasil membawa saya untuk terpicut kembali  memiliki koleksi buku tulisan Mbak Windry yang ke empat, setelah sebelumnya saya puas dengan Orange, Montase dan STPC Gagas London. Menurut pengakuan Mbak Windry saat talkshow waktu itu di Jakbook, novel Interlude ini adalah novel dengan genre new adult. Genre baru yang di tawarkan oleh editor Gagas yang menawarkan kepada Mbak Windry untuk menulis, hingga akhirnya menghasilkan Interlude dengan tokoh di dalamnya Hanna dan Kai.

Alur ceritanya memang agak berbeda dari karya-karya Mbak Windry sebelumnya. Akan tetapi, saya berhasil mendapatkan greget-greget dengan sendu yang sangat penasaran untuk menantikan yang baru karya beliau. Dalam novel ini, saya diperkenalkan dengan seorang pemuda yang sangat menyukai musik jazz bernama Kai. Pemuda genius yang sangat dipuja-puja banyak perempuan, ia adalah seorang gitaris terbaik dari bandnya yang bernama Second Day Charm. Namun, meski seorang Kai adalah seorang pemuda yang biasa dikenal “berengsek”, para idola tetap terkesima dengan penampilannya.

Hanna, seorang perempuan yang sangat tertarik pada The LittleMermaid. Ia ingin sekali terjun ke laut dan menjadi seperti Putri Duyung. Ia selalu menginginkan luka yang dimilikinya akan hilang bersama air dan secara perlahan tak dirasakannya kembali. Seorang gadis yang mempunyai masa lalunya yang buruk, sejak satu tahun yang lalu ia pernah diperkosa. Kehidupannya selalu digunjingkan oleh mahasiswa-mahasiswa lain yang mengenalnya di kampus. Tekanan demi tekanan semakin membuatnya takut akan seorang laki-laki yang asing bagi dirinya.

Seiring dengan berjalannya waktu, ketika itu Kai merasa sangat bersalah kepada Hanna, ia selalu berusaha keras hingga Hanna dapat memaafkannya dan memberikan kesempatan kedua untuknya. Usaha yang tidak sia-sia untuk Kai,  ia berhasil menyakinkan Hanna : Tidak selamanya laki-laki seperti dia akan berengsek. Namun, meski hubungan di antara Hanna dan Kai sudah berangsur membaik, bagi Hanna tidaklah mudah untuk melupakan apa yang sudah terjadi pada dirinya di masa lalu.

“Ada sesuatu mereka sepakati bersama, di dalam satu hal yang ternyata, mereka sama. Rapuh, terluka itulah yang mereka pernah dapatkan.”

Kisah yang dapat saya ceritakan tidak akan panjang, karena kenyataan yang pernah orang rasakan dalam kehidupannya tertulis ringan dengan penyampain orang ketiga, berbeda dari cerita sebelumnya.


Sukses Mbak Windry, buku ke lima yang berhasil menghipnotis saya. Silahkan kalian miliki dan baca untuk kelanjutan ceritanya, buat saya memiliki buku ini tidak menyesal dan cukup cantik menempati susunan buku-buku dari gagas. Masih menunggu cerita-cerita selanjutnya, Orange, Montase, London dan Interlude, kemudian apa lagi? Kita tunggu saja dari Mbak Windry nantinya. J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar