Sabtu, 12 Juli 2014

Hujan Kerinduan Kita

Hujan...
Aku melihat kau dari balik jendela.
Memegang erat jari-jemariku, merangkul hangat dengan angan dalam imajinasi.
Setetes demi tetes berhasil membasahi permukaan, saatku merasakan kekejaman dengan kerinduan.

Hujan...
Apa kau mendengar jeritan rinduku untuk dia?
Mengapa kita berpisah dengan rindu yang mendalam, saat hujan kembali datang.

Adakah kehangatan yang bisa aku rasakan di dalam rinduku untuk dia?
Di saat manjaku tak lagi bersama, kecuali kesendirian.

Aku percaya hujan tak selamanya memberikan rindu,
Tak selamanya membuatku selalu membisu.
Ketika cahaya gelapnya hilang, kau pergi dengan pesona indah di langit yang bisa kutatap dengan mata.

Meneteskan rindu memang berat saat kita tak berdua tidak saling dekat.
Sama halnya ketika kita seperti dulu, kau dan aku menjadi gelap seperti hujan. Lalu kemudian, kita berdua menggambarkan pelangi indah di pesona alam, ketika kita berdua saling melengkapi cerita dengan cinta.
Kita bersama, tak seperti dahulu berpisah dengan keegoisan.
Kita berdua, seperti sekarang melawan rindu dari balik hujan yang mengikis perpisahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar