Ibu pertiwi
kembali menangis.
Duka dan lirih
para pengungsi.
Gunung-gunung
bersedih memberikan erupsi.
Awan panas... debu
vulkanik... terdengar seiringnya rintihan suara manusiawi.
Tragedi
alam, jeritan suara bumi.
Oh Tuhan... cobaan
apalagi.
Kami berlari lari
di atas bumi.
Oh Tuhan... ampuni
dosa kami.
Sebelum waktu
berhenti bersama nadi.
Ribuan kaki
berlomba lomba mengungsi.
Kami berlari
mencari tempat bersembunyi.
Sepasang mata
ini, kami teteskan air ilahi.
Menjerit
jerit... gunung di sekitarku.
Dari Sinabung
sampai kini Kelud di kediri.
Entah harus
bagaimana lagi, kami pasrah akan takdirmu.
Hanya doa dan
tangisan yang kami sampaikan lewat hati.
Kau yang maha
Esa.
Pemilik alam
semesta.
Kau memang luar
biasa.
Pemilik alam jagad
raya.
Ke Agungan-MU tak
pernah bisa kami duga.
Sampai larva yang
panas hujani bumi dimana mana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar