“kembalilah kau pulang
nak,jangan kau biarkan rembulan terus bersembunyi dalam memberikan
cahayanya,sampai malam nanti bersama ribuan bintang yang berkelip kelip malu
karenamu”
Apa yang aku bisa katakan,sementara alam menolak kehadiranku,,dikala pagi
datang menjemput dan malam menutup mataku seiring bergantinya waktu. Kini
mereka hanya bersembunyi dibalik awan yang putih mempesona dalam tatapan mataku.
Tampak dibawah pepohonan yang tinggi mencakar awan,angin yang bersembus
hilir menebarkan pesona uraian rambut. Wanita itu..selalu duduk bersemedi
menatap laut dibawah kesaksian senja.
“Ayah...apa kau
lihat aku saat ini?”
Terdengar suara
wanita itu.. Dengan tatapannya.. Bercerminkan air yang melukiskan pergerakkan
pesona langit disenja hari.
“Ayah pasti
mendengar apa kata hatimu ra” Suara seorang perempuan setengah baya di pinggir
pantai
“ Lalu..kenapa Ayah
selalu bersembunyi dalam penglihatanku ? sama seperti bulan dan mentari yang
tak pernah aku tatap dengan mataku”
Perempuan setengah
baya itu datang menjemput dan mengajak pulang.
“ Andaikan kau tau
nak..berita tentang Ayahmu saat lalu” Perempuan itu merunduk menatap wajah anak
tercintanya.
“Ibuu.”
“Iyaa naak”
“Aku selalu
membayangkan bagaimanakah wajah ayah selama ini”
“Sudahlah
nak..Ayahmu ganteng dan baik rupanya,berbeda dengan pria pria lain disekitar
kita”
“Ayah..baik baikkah
Ayah sampai saat ini.”
Nurhasanah
berbicara sendiri. Bertanya dengan kata hatinya yang merindukan hati belaian
kasih seorang Ayah. Namun Nurhasanah tak lagi dapat berharap besar saat
itu,keinginannya selama ini hanya bisa dia rasakan dengan Hati dan mata
batinnya didalam mimpi mimpi dia selama ini.
“Yaah...Terima
kasih Yah,engkau telah memberikan sesosok Ibu yang setia menemaniku selama ini”
Aku menunggu dan aku selalu mengharapkan hari ini.. Hari
dimana aku bisa melihat dengan kedua mataku dan aku tatap wajahmu di depan
hadapanku. Aku kangen sosok belaianmu saat ini..Ayaaah..
“Nur.”
“Iya ibuu.”
“Hari sudah mulai
gelap dan mentari tampak hilang dalam hadapan kita”
“Sebentar ya buu..
Aku ingin melihat Ayah,mungkin senja ini Ayah akan datang menemui aku”
“Katakanlah nak dan
sampaikanlah kerinduanmu lewat doa dalam ibadahmu”
Maafkan ibu nak..Sampai saat ini Ibu belum bisa
memberikanmu Ayah yang selalu kamu bayang bayangkan,cukup Ibu yang tau dan Ibu
rasakan saat ini..
Mentari mulai
hilang dan bulan mengintip malu memperlihatkan cahaya terangnya. Angin mulai
berkembuskan mencolek tubuh yang hangat menjadi sejuk. Kedua wanita itu
berjalan meninggalkan pasir,yang selalu dijemput oleh air sampai didasar bumi.
Setelah senja
hilang,wanita wanita itu tampak hilang meninggalkan kerinduan yang disampaikan
lewat alam. Nurhasanah sedikit tersenyum,walau dia hanya bisa tertawa dan
merasakan lewat hati saja,Nurhasanah tetap bahagia karena perhatian seorang Ibu
selama ini,Ibu yang telah membesarkan Nurhasanah sampai menjadi seorang gadis
yang cantik.
Malam mulai datang,
saat wajahnya yang indah bagai purnama. Sepasang mata yang indah bagaikan bola
salju. Ibunya seakan tak pecaya dan hanya mematung di dalam rumah melihat
gadisnya yang cantik kembali tertawa dan tersenyum manis dilihat dengan kedua
mata normalnya malam itu.
“mas..andai kamu disini,di dalam rumah yang hanya kamu
tinggalkan untuk kami. Kamu pasti akan merasakan hal yang sama aku rasakan
malam ini,dibalik kerinduan anakmu dengan dirimu. Anak kita..
Nurhasanah..Menebarkan senyuman pesona yang indah bagaikan bulan purnama”
“Nur..anakk sayang”
“Hey..Ibu”
“Kamu semakin
terlihat cantik nak malam ini”
“Iya bu..”
tertunduk lesu sejenak gadis kecil itu”tapi sayang bu,kecantikan aku tak bisa
aku tatap dengan mataku.. Aku hanya perempuan yang tak sempurna selama aku
dilahirkan buu”
Sang Ibu mendekati anaknya dan merangkul
dengan penuh kasih. Dia sendiri masih belum bisa melupakan suaminya yang telah
pergi meninggalkan mereka,saat keadaan anaknya masih berusia seorang bayi
mungil dan lucu. Kehidupan mereka berdua selalu mereka jalani di bawah atap
rumah pemberian suami dan Ayah Nurhasanah di masa lalu.
“Mengapa
aku seperti ini bu ? aku tak seperti teman temanku yang lain”
“Tak
perlu bersedih nak,untuk melihat kamu tak harus membutuhkan mata”
“Tapi
buu,aku ingin melihat Ibu?”
“Kamu
masih bisa melihat Ibu dengan mata hati kamu nak dan di dalam mimpi kamu selama
ini,,bersabarlah nak..kelak suatu hari nanti kamu akan melihat seperti
keinginanmu saat ini..serahkan semua keinginanmu dengan Tuhan dan tetap berdoa”
“Aku
hanya manusia lemah buu,yang separuh hidup aku selama ini hanya menyusahkan dan
merepotkan Ibu”
“Sudah
nak..Kamu bahagia saja Ibu sudah bahagia,karena kebahagian seorang Ibu hanya
ingin melihat anaknya selalu bahagia dan tetap memberikan cinta kepada anaknya”
Nurhasanah
kembali masuk kedalam kamarnya. Dengan tongkat dan bantuan tangan dari seorang
Ibu,Nurhasanah tidur di dalam kamar setelah melepaskan pelukannya dari Ibu. Nurhasanah
membalikkan badannya,saat mata Nurhasanah mulai terpejam. Malam itu Nurhasanah
berharap,untuk sekejab saja bisa menyaksikan wajah Ayah dan Ibu dalam satu
ruangan,walau hanya dalam mimpi.
“Ayah..Maafkan
aku yaah,,anakmu yang buta ini,Hanya bisa melihatmu dari dalam mimpi”
Sedihnya
perasaan Nurhasanah,kerinduan dan rasa penasaran dengan sosok seorang ayah selama
ini,tertetes air mata saat malam itu. Pipi Nurhasanah lembab,kelopak mata yang
cerah hilang dengan sayup sayub kesedihan yang redup.
“nak..anak gadisku..”
“Ayah..apakah
ini Ayah ? Ayah benar benar hadir dan aku lihat Ayah saat ini”
“Kamu kuat nak,kembalilah kamu diatas
pangkuan Ibumu nak..Kamu lihat,saat ini kita berdua bertemu dengan dihiasi
cahaya bulan yang indah”
“Iya..Aku
melihat cahaya cahaya putih ini mengelilingi tubuh Ayah. Ada apa dengan
Ayah,kenapa tubuh Ayah bercahaya putih seperti ini?”
“Tidurlah nak..temui Ibumu..jangan kau buat
Rembulan dan bintang terus bersembunyi mengintip kecantikanmu..Ayah baik baik
saja,semoga kamu selalu bahagia”
“Ayaah..ayaah”
Nurhasanah
hanya bermimpi dan terus memangggil manggil dengan sebutan Ayah malam itu. Suara
jeritan Nurhasanah yang keras,membangunkan istirahat Ibu Nurhasanah malam itu.
Namun Nurhasanah kembali bersedih dan terus terus memanggil nama Ayahnya.
“Kamu
kenapa nak?. Bangun nak bangun,minum airnya dulu dan tenang sayang”
“Ibuu..”
Nurhasanah merengkuh erat tubuh ibunya
“Mengapa
kamu bersedih dan terus terus memanggil nama Ayahmu nak?”
“Aku
merasakan kehadiran Ayah buu.. Aku lihat ayah tampak tersenyum dan tubuhnya
diselimuti cahaya terang”
Setelah
menenangkan Nurhasanah diatas pangkuannya,seorang Ibu pun menemani tidur
anaknya yang sedang dalam kegelisahan. Dengan mata yang mengembam pucat,seorang
Ibu hanya bisa menangis sendirian,saat kesedihan yang dialami anaknya dalam
kerinduan seorang anak dengan Ayahnya.
“Mas..kamu lihat anak kita saat ini.. Anak
kita terus bersedih dan menangis seorang diri. Suaminya sudah lama pergi
meninggalkan mereka,meninggalkan Nurhasanah sejak dalam kandungan Ibu Nurhasanh
karena peristiwa kecelakaan. Aku rindu kamu mas,seperti rindu yang anak kita
rasakan kepadamu selama ini”
Pada
malam itu mereka berdua tertidur dalam satu kamar. Tampak diluar dan dari atas
langit,cahaya bintang berkelip kelip indah menemani kebahagian keluarga kecil
Nurhasanah. Ayah dan seorang suami dari ibu Nurhasanah hanya bisa menyaksikan
dari dalam mimpi saja.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar