Minggu, 16 Februari 2014

Mata Hatiku Mengalahkan Indra Mataku..

“kembalilah kau pulang nak,jangan kau biarkan rembulan terus bersembunyi dalam memberikan cahayanya,sampai malam nanti bersama ribuan bintang yang berkelip kelip malu karenamu”

Apa yang aku bisa katakan,sementara alam menolak kehadiranku,,dikala pagi datang menjemput dan malam menutup mataku seiring bergantinya waktu. Kini mereka hanya bersembunyi dibalik awan yang putih mempesona dalam tatapan mataku.
Tampak dibawah pepohonan yang tinggi mencakar awan,angin yang bersembus hilir menebarkan pesona uraian rambut. Wanita itu..selalu duduk bersemedi menatap laut dibawah kesaksian senja.
“Ayah...apa kau lihat aku saat ini?”
Terdengar suara wanita itu.. Dengan tatapannya.. Bercerminkan air yang melukiskan pergerakkan pesona langit disenja hari.
“Ayah pasti mendengar apa kata hatimu ra” Suara seorang perempuan setengah baya di pinggir pantai
“ Lalu..kenapa Ayah selalu bersembunyi dalam penglihatanku ? sama seperti bulan dan mentari yang tak pernah aku tatap dengan mataku”
Perempuan setengah baya itu datang menjemput dan mengajak pulang.
“ Andaikan kau tau nak..berita tentang Ayahmu saat lalu” Perempuan itu merunduk menatap wajah anak tercintanya.
“Ibuu.”
“Iyaa naak”
“Aku selalu membayangkan bagaimanakah wajah ayah selama ini”

“Sudahlah nak..Ayahmu ganteng dan baik rupanya,berbeda dengan pria pria lain disekitar kita”
“Ayah..baik baikkah Ayah sampai saat ini.”
Nurhasanah berbicara sendiri. Bertanya dengan kata hatinya yang merindukan hati belaian kasih seorang Ayah. Namun Nurhasanah tak lagi dapat berharap besar saat itu,keinginannya selama ini hanya bisa dia rasakan dengan Hati dan mata batinnya didalam mimpi mimpi dia selama ini.
“Yaah...Terima kasih Yah,engkau telah memberikan sesosok Ibu yang setia menemaniku selama ini”
Aku menunggu dan aku selalu mengharapkan hari ini.. Hari dimana aku bisa melihat dengan kedua mataku dan aku tatap wajahmu di depan hadapanku. Aku kangen sosok belaianmu saat ini..Ayaaah..
“Nur.”
“Iya ibuu.”
“Hari sudah mulai gelap dan mentari tampak hilang dalam hadapan kita”
“Sebentar ya buu.. Aku ingin melihat Ayah,mungkin senja ini Ayah akan datang menemui aku”
“Katakanlah nak dan sampaikanlah kerinduanmu lewat doa dalam ibadahmu”
Maafkan ibu nak..Sampai saat ini Ibu belum bisa memberikanmu Ayah yang selalu kamu bayang bayangkan,cukup Ibu yang tau dan Ibu rasakan saat ini..
Mentari mulai hilang dan bulan mengintip malu memperlihatkan cahaya terangnya. Angin mulai berkembuskan mencolek tubuh yang hangat menjadi sejuk. Kedua wanita itu berjalan meninggalkan pasir,yang selalu dijemput oleh air sampai didasar bumi.
Setelah senja hilang,wanita wanita itu tampak hilang meninggalkan kerinduan yang disampaikan lewat alam. Nurhasanah sedikit tersenyum,walau dia hanya bisa tertawa dan merasakan lewat hati saja,Nurhasanah tetap bahagia karena perhatian seorang Ibu selama ini,Ibu yang telah membesarkan Nurhasanah sampai menjadi seorang gadis yang cantik.
Malam mulai datang, saat wajahnya yang indah bagai purnama. Sepasang mata yang indah bagaikan bola salju. Ibunya seakan tak pecaya dan hanya mematung di dalam rumah melihat gadisnya yang cantik kembali tertawa dan tersenyum manis dilihat dengan kedua mata normalnya malam itu.
“mas..andai kamu disini,di dalam rumah yang hanya kamu tinggalkan untuk kami. Kamu pasti akan merasakan hal yang sama aku rasakan malam ini,dibalik kerinduan anakmu dengan dirimu. Anak kita.. Nurhasanah..Menebarkan senyuman pesona yang indah bagaikan bulan purnama”
“Nur..anakk sayang”
“Hey..Ibu”                                                               
“Kamu semakin terlihat cantik nak malam ini”
“Iya bu..” tertunduk lesu sejenak gadis kecil itu”tapi sayang bu,kecantikan aku tak bisa aku tatap dengan mataku.. Aku hanya perempuan yang tak sempurna selama aku dilahirkan buu”
 Sang Ibu mendekati anaknya dan merangkul dengan penuh kasih. Dia sendiri masih belum bisa melupakan suaminya yang telah pergi meninggalkan mereka,saat keadaan anaknya masih berusia seorang bayi mungil dan lucu. Kehidupan mereka berdua selalu mereka jalani di bawah atap rumah pemberian suami dan Ayah Nurhasanah di masa lalu.
“Mengapa aku seperti ini bu ? aku tak seperti teman temanku yang lain”
“Tak perlu bersedih nak,untuk melihat kamu tak harus membutuhkan mata”
“Tapi buu,aku ingin melihat Ibu?”
“Kamu masih bisa melihat Ibu dengan mata hati kamu nak dan di dalam mimpi kamu selama ini,,bersabarlah nak..kelak suatu hari nanti kamu akan melihat seperti keinginanmu saat ini..serahkan semua keinginanmu dengan Tuhan dan tetap berdoa”
“Aku hanya manusia lemah buu,yang separuh hidup aku selama ini hanya menyusahkan dan merepotkan Ibu”
“Sudah nak..Kamu bahagia saja Ibu sudah bahagia,karena kebahagian seorang Ibu hanya ingin melihat anaknya selalu bahagia dan tetap memberikan cinta kepada anaknya”
Nurhasanah kembali masuk kedalam kamarnya. Dengan tongkat dan bantuan tangan dari seorang Ibu,Nurhasanah tidur di dalam kamar setelah melepaskan pelukannya dari Ibu. Nurhasanah membalikkan badannya,saat mata Nurhasanah mulai terpejam. Malam itu Nurhasanah berharap,untuk sekejab saja bisa menyaksikan wajah Ayah dan Ibu dalam satu ruangan,walau hanya dalam mimpi.
“Ayah..Maafkan aku yaah,,anakmu yang buta ini,Hanya bisa melihatmu dari dalam mimpi”
Sedihnya perasaan Nurhasanah,kerinduan dan rasa penasaran dengan sosok seorang ayah selama ini,tertetes air mata saat malam itu. Pipi Nurhasanah lembab,kelopak mata yang cerah hilang dengan sayup sayub kesedihan yang redup.
“nak..anak gadisku..”
“Ayah..apakah ini Ayah ? Ayah benar benar hadir dan aku lihat Ayah saat ini”
“Kamu kuat nak,kembalilah kamu diatas pangkuan Ibumu nak..Kamu lihat,saat ini kita berdua bertemu dengan dihiasi cahaya bulan yang indah”
“Iya..Aku melihat cahaya cahaya putih ini mengelilingi tubuh Ayah. Ada apa dengan Ayah,kenapa tubuh Ayah bercahaya putih seperti ini?”
“Tidurlah nak..temui Ibumu..jangan kau buat Rembulan dan bintang terus bersembunyi mengintip kecantikanmu..Ayah baik baik saja,semoga kamu selalu bahagia”
“Ayaah..ayaah”
Nurhasanah hanya bermimpi dan terus memangggil manggil dengan sebutan Ayah malam itu. Suara jeritan Nurhasanah yang keras,membangunkan istirahat Ibu Nurhasanah malam itu. Namun Nurhasanah kembali bersedih dan terus terus memanggil nama Ayahnya.
“Kamu kenapa nak?. Bangun nak bangun,minum airnya dulu dan tenang sayang”
“Ibuu..” Nurhasanah merengkuh erat tubuh ibunya
“Mengapa kamu bersedih dan terus terus memanggil nama Ayahmu nak?”
“Aku merasakan kehadiran Ayah buu.. Aku lihat ayah tampak tersenyum dan tubuhnya diselimuti cahaya terang”
Setelah menenangkan Nurhasanah diatas pangkuannya,seorang Ibu pun menemani tidur anaknya yang sedang dalam kegelisahan. Dengan mata yang mengembam pucat,seorang Ibu hanya bisa menangis sendirian,saat kesedihan yang dialami anaknya dalam kerinduan seorang anak dengan Ayahnya.
“Mas..kamu lihat anak kita saat ini.. Anak kita terus bersedih dan menangis seorang diri. Suaminya sudah lama pergi meninggalkan mereka,meninggalkan Nurhasanah sejak dalam kandungan Ibu Nurhasanh karena peristiwa kecelakaan. Aku rindu kamu mas,seperti rindu yang anak kita rasakan kepadamu selama ini”
Pada malam itu mereka berdua tertidur dalam satu kamar. Tampak diluar dan dari atas langit,cahaya bintang berkelip kelip indah menemani kebahagian keluarga kecil Nurhasanah. Ayah dan seorang suami dari ibu Nurhasanah hanya bisa menyaksikan dari dalam mimpi saja.
***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar