Sabtu, 26 Juli 2014

26 Agustus (Sepanjang Kenangan Kita)

Waktu yang singkat kembali memisahkan kebersamaan kita semua. Tentunya kita semua tidak menginginkan hal itu terlalu sering terjadi pada diri kita. Entah itu kebersamaan kita dengan paasangan kita, keluarga dan bahkan sahabat-sahabat yang sudah sekian lama mengenal kita atau pun baru kita kenal.

Pasti punya cerita yang indah untuk kita kenang, maka dari itu saya ingin menyimpan kenangan itu di blog ini. Kenangan kebersamaan yang singkat karena waktu yang kurang dari 12 jam kita tertawa bersama. Sebelum kenangan itu bercampur dengan kenangan yang lainnya di dalam memori ingatan saya, maka dari itu saya catat dan simpan kebersamaan pada tanggal 26 Agustus 2014.

Pada awalnya kita sudah merencanakan acara buka puasa bersama yang sudah fix bertempat di sebuah tempat bernama Lets Eat, Jakarta Selatan. Udah ramai benar sih dari siang di group chat Whatsapp kita, yaitu “KKC”. Satu kelompok group yang di dalamnya anak-anak paling jahil dan konyol kalau lagi bertemu. Terutama yang bernama Ilham (Pecok si Coki) selaku kepala adminnya.

Kamis, 24 Juli 2014

Review Cinta "Baca Cinta Dengan Titik"




Kenangan adalah benda yang diam (jika ia bisa disebut benda). Tidak bergerak dan menetap seperti guci di sudut rumah yang tidak berpenghuni. Bisu dan bahkan angker. Ia menentang hukum waktu yang selalu bergerak. Ia tidak berubah bentuk. Ia terbingkai dan bingkainya ikut abadi selamanya. Ia tidak bisa dihapus dan bisa dikaitkan dengan  permanen. Melekat seperti roh pada jasad dan jasad pada roh. Tidak seperti kehidupan, ia tidak menginginkan perubahan. Ia tidak bisa berubah. Ia tidak bisa diapa-apakan selain diterima sebagai bagian dari sejarah dan riwayat seseorang.

Review Novel Interlude

Hanna,
listen.
Don’t cry, don’t cry.
The world is envy.
You’re too perfect
and she hates it.

Aku tahu kau menyembunyikan luka di senyummu yang retak.
Kemarilah, aku  akan menjagamu,
asalkan kau mau mengulurkan tanganmu.

“Waktu tidak berputar ulang. Apa yang sudah hilang,
tidak akan kembali. Dan, aku sudah hilang.”
Aku ingat kata-katamu itu, masih terpatri di benakku.

Aku tidak selamanya berengsek.
Bisakah kau memercayaiku, sekali lagi?

Kilat rasa tak percaya dalam matamu,
membuatku tiba-tiba meragukan diriku sendiri.
Tapi, sungguh, aku mencintaimu,
merindukan manis bibirmu.

Apa lagi yang harus kulakukan agar kau percaya?
Kenapa masih saja senyum retakmu yang kudapati?

Hanna, kau dengarkah suara itu?
Hatiku baru saja patah….

Rabu, 23 Juli 2014

Review Novel Surat Untuk Ruth



Buku ke enam yang dipersembahkan Kak Bara, sebelum Surat Untuk Ruth ini, saya sudah jatuh cinta dengan buku dari kumpulan-kumpulan cerpen yang berliau sajikan. Asyiknya novel Surat Untuk Ruth ini di ambil dari salah satu cerpen Milana(Kumpulan cerpen). Awalnya saya sempat kaget mendengar judul novel ini, apakah benar dari kumpulan Milana? Akhirnya saya mendengar langsung penuturan yang Kak Bara sampaikan, tepatnya di JCC, Senayan.

Buku ini mengunakan sudut orang pertama yaitu si tokoh Pria bernama Are (Seorang mantan) dari perempuan yang bernama Ruth. Ironis, Ruth. Kamu berkata “Aku sayang kamu” tepat pada saat kamu harus meninggalkanku.

Cerita dimana kisahnya tentang seorang pemuda yang jatuh cinta dengan cara tidak biasa kepada perempuannya. Areno Damar atau sebutan namanya sebagai Are yang bertemu dengan Ruth di dalam sebuah kapal feri yang berlayar menuju Bali. Saat itu cinta pada pandangan pertama? Entahlah, yang pastinya si perempuan yang bernama Ruth ini berhasil menarik perhatian Are hingga akhirnya, dari hanya pandangan yang bertemu berubah manis menjadi perbincangan yang hangat tak kunjung henti.

Review Novel Remember When







Novel kedua dari Mbak Winna Efendi, setelah menamatkan novel pertamanya yang berjudul Refrain. Dimana novel yang masih mengangkat cerita cinta anak sekolah ini memiliki empat sudut pandang. Berbeda dari novel terdahulu yang mengambil sudut pandang orang ketiga, sekarang Mbak Winna memakai sudut pandang orang pertama dari tiap tokoh yang terlibat. Empat sudut pandang yang terdapat dalam novel ini adalah sudut pandang Freya, Gia, Adrian, dan Moses.

Berawal dari ketertarikan Adrian kepada Gia dan Moses kepada Freya, Adrian dan Moses memutuskan untuk menyatakan cinta kepada pujaan hatinya di hari yang sama. Adrian yang gemar bermain basket ini berhasil menaklukan Gia yang memiliki jiwa seni dan sangat gemar berorganisasi. Begitu juga dengan Moses yang prestasinya selalu berada di puncak dengan label Ketua OSIS di sekolahnya berhasil dapat memikat Freya yang juga memiliki prestasi di atas rata-rata. Semuanya begitu manis dan menyenangkan, terutama sahabatnya sendiri juga merasakan hal yang sama. Adrian dan Moses yang telah bersahabat dari kecil dan begitu juga dengan Freya dan Gia yang memiliki jalinan pertemanan yang sudah sangat dekat.

Apalagi kelebihan yang mereka miliki membuat semua pasangan di sekolah pasti akan iri dengan kesempurnaannya. Namun, dalam sesi ini terlihat perubahan yang sedikit demi sedikit muncul setelah 2 tahun kebersamaan kedua pasangan tersebut. Perubahan tersebut tidak secara sadar langsung dirasakan, tetapi perlahan-lahan dapat merasuk ke dalam diri mereka semua. Berawal dari seorang Freya yang mengganti warna rambutnya saat menghadiri pesta ulang tahun yang direkomendasikan Gia, sangat disukai Adrian, tetapi ditolak Moses dengan sikap kasar di luar dari biasanya.

Senin, 21 Juli 2014

Pesan Singkat Untuk Harapan


Satu hal yang aku lihat...
Menatap kedua matamu aku tak sanggup...
Ribuan kata hanya aku simpan...
Satu hal yang aku inginkan...
Memilikimu dengan cinta dan rasa...
Satu cara yang belum aku bisa lepaskan,
Mengungkapkan cinta...
Menahan rasa dengan keindahan yang hanya aku pendam bersama luka...

Dar, ada banyak cara yang aku ingin ungkapkan rasa untukmu...
Saat melihat pesona dari mataku, kau begitu indah dengan balutan hijab dikepala...

Semoga kau mendengar, Dar. Rintihan jiwa yang selama ini aku pendam terlalu lama...
Luka di hati, bercampur keruh bersama harapan...

Masih adakah sedikit ruang yang kau berikan untukku?
Masih sanggupkah buatku menahan rasa, menyembunyikan luka di balik kebisuan...

Aku harap kamu mendengar, memberikan sedikit cinta di dalam rumah tangga kita kelak.
Doa dan harapan aku sampaikan padamu, Tuhan.

Salam,
Calon suami yang masih butuh jawaban untuk masa depan kita.

Krishtian.

Pilihan Kita


Masa orde baru akan di mulai dengan pemimpin yang sudah menjadi pilihan.
Dua pasang lelaki dewasa memberikan argumen untuk rakyat.
Masih ingatkah kita di saat kecil yang tidak mengerti apa-apa?
Mendengar dengan telinga, namun tak mengerti apa yang mereka ucapkan.
Melihat slogan-slogan yang terbentang lebar di atas jalanan, tapi kita menunjuk tanpa sadar siapakah mereka?

Rakyat, itulah kita.
Mereka di sana, calon-calon pemimpin kita.
Mereka di sana akan menjalankan mandat dari harapan yang kita sampaikan.

Satu pasang, dua orang. Suara kita bersama yang menentukan pemimpin Indonesia.
Angkat tangan kita.
Ulurkan jemari yang ada dengan senyum indah.
Kita siap, kita kuat dan kita bisa mendengar keputusan yang sudah menjadi keputusan mutlak.

Kita satu bangsa, menjunjung bhineka tunggal ika.
Kita semua akan sama, siap menjadi rakyat yang menginginkan perubahan.

Indonesia, pancasila dasar negara.
Merah putih, warna yang hidup dengan semangat yang suci.
Banyak langkah yang harus mereka jalankan kelak.
Kerja sama, kita gotong royong menjunjung kebersamaan yang erat.

Bersama doa kita sampaikan.
Dari harapan kita harus wujudkan.
Percaya, yakin dan jujur kita ikhlas untuk lima tahun ke depan.
Membangun bersama, mendukung pergerakan.
Bekerja rata, adil dan makmur tujuan keadilan bangsa kita semua.


Minggu, 13 Juli 2014

Ketakutan Dalam Keraguan

Ada banyak hal yang tak bisa aku ungkapkan di dunia.
Satu dari banyak hal itu adalah menahan perasaan.
Saat jatuh cinta dengan seseorang, aku selalu menyimpannya tanpa sadar.
Menumpukkan luka yang tercampur bersama mimpi-mimpi indah.

Aku tahu, kecewa itu pasti akan kita dapatkan.
Ketika keinginan kita untuk memiliki dia berujung luka.
Tapi, apakah kau bisa lepas dengan semua beban perasaan yang kamu punya?
Ketika perasaan itu hanya bisa terpendam di dasar jurang ketakutan.

Cinta.
Singkat dan mudah bila kita ucap begitu saja.
Bahagia dan tentram saat sepasang tangan menggenggam erat.

Bayangkan saja, bunga di taman tak cukup sekali menerima kumbang menghisap madunya.
Itu sama, seperti pria atau wanita yang menjalani hidup bukan berpatok pada diri kita seorang.

Kecewa, aku selalu berharap menjauhi kalimat yang membuatku terluka.
Bahagia, akhir setiap perjuangan aku inginkan bersama-sama.
Satu hal dalam pintaku yang tak pernah lepas dalam doa, kau indah bersama senyuman.

Sabtu, 12 Juli 2014

Hujan Kerinduan Kita

Hujan...
Aku melihat kau dari balik jendela.
Memegang erat jari-jemariku, merangkul hangat dengan angan dalam imajinasi.
Setetes demi tetes berhasil membasahi permukaan, saatku merasakan kekejaman dengan kerinduan.

Hujan...
Apa kau mendengar jeritan rinduku untuk dia?
Mengapa kita berpisah dengan rindu yang mendalam, saat hujan kembali datang.

Adakah kehangatan yang bisa aku rasakan di dalam rinduku untuk dia?
Di saat manjaku tak lagi bersama, kecuali kesendirian.

Aku percaya hujan tak selamanya memberikan rindu,
Tak selamanya membuatku selalu membisu.
Ketika cahaya gelapnya hilang, kau pergi dengan pesona indah di langit yang bisa kutatap dengan mata.

Meneteskan rindu memang berat saat kita tak berdua tidak saling dekat.
Sama halnya ketika kita seperti dulu, kau dan aku menjadi gelap seperti hujan. Lalu kemudian, kita berdua menggambarkan pelangi indah di pesona alam, ketika kita berdua saling melengkapi cerita dengan cinta.
Kita bersama, tak seperti dahulu berpisah dengan keegoisan.
Kita berdua, seperti sekarang melawan rindu dari balik hujan yang mengikis perpisahan.