Rabu, 28 Januari 2015

Kesetian Hidup

Nenek tua yang kulihat di gubuk itu selalu memakai syal untuk menutupi lehernya yang sudah keriput. Ia tinggal seorang diri. Keluarganya telah pergi entah kemana. Dari pagi ia sudah mencari kayu bakar untuk memasak air dan menanak nasi. Umurnya yang hampir setengah abad itu tak membuatnya lemah. Ia selalu mengangkat tumpukan kertas hasil cariannya untuk ditukarkan dengan seliter beras. Tubuhnya sangat kurus. Tinggal kulit pembalut tulang.

Siang harinya ia tak pernah di rumah. Ia pergi ke warung makan untuk mencuci piring. Aku pernah sesekali menyempatkan diri untuk bercakap dengannya. Tutur kata yang halus nan lembut itu tak pernah kulupakan. Ia sangat menghormati tamunya. Apa yang ia punya dikeluarkannya untukku walau hanya dua potong pisang goreng dan segelas air putih. Aku sangat salut mendengar penuturan kisah hidup si Nenek tua itu. Kepahitan yang harus ia telan saat suami tercinta harus pergi untuk selamanya juga sang anak yang meninggalkannya karena tidak sanggup hidup dibawah garis kemiskinan.

Minggu, 09 November 2014

Ini KKC bukan 5cm...


Sampai jumpa kembali dan akhirnya kita benar-benar berjumpa. Bukan selamat tinggal atau sebuah kalimat perpisahan. Berat rasanya ketika kita meninggalkan masa-masa kecil itu, saat usia mulai menjadi dewasa dan kemudian kita pernah berpikir-kembali ke masa kecil itu indah.

Saya kembali membuat postingan sederhana, di dalam blog ini untuk kembali memperkenalkan keluarga kecil yang sama-sama sudah cukup lama saling kenal. Bukan soal cerita serius atau serial drama komedian, ini KKC-Kwak Kwak Cuim- bukan 5cm yang sudah sering kita baca bahkan tonton.

Semuanya kembali menyatu, dari yang dahulu biasa-biasa saja sampai sekarang sedikit menjadi luar biasa. Satu-persatu di antara kami mulai berpencar dan kita hanya dibatasi media komunikasi seluler. Baiklah, untuk mempersingkat waktu, beginilah ceritanya...

Selasa, 04 November 2014

#JamaahTyphobia Luar Biasa Hebat

Wel wel wel to the weel. Alaah, maaf kalau agak kesandung bahasa abg yang lagi trend di sinetron. #AbaikanSaja *Jangan harap untuk mencoba mengucapkanya, lidah pasti bergoyang. Pasti* peace

Ulaalaa, agak sedikit nganu emang kalau diteruskan membaca. Sebelum salah langkah untuk lebih lanjut, alangkah lebih baiknya saya menyarankan untuk back segera deh. Karena tulisan-tulisan iseng ini agak aneh. Apalagi kalau ketemu yang bikin tulisan ini pasti bakal lebih aneh. *Pengen banget di ajak-sekilas mengajak* :D  #BackURL

Okelah, mari lanjut. Untuk menyempurnakan kepingan-kepingan tulisan keluarga #JamaahTyphobia, saya akan ikutan menulis betapa syahdunya ada di keluarga baru yang sangat luar biasa kreatif, keren dan overral dua jempol mereka semua.

Awal mulanya sederhana, kita saling kenal dan kemudian mulai menyatu, lalu siap bergabung dan berubah- *power ranger kali*. Banyak benar ilmu yang bisa dipetik dari keluarga ini, dari membedah buku, curhat-curhatan, dan yang paling penting saling berkomentar-untuk memajukan perkembangan bersama. Lope lope dah, I Love You Full­-kata Eyang Mbah Surip XD

Rabu, 01 Oktober 2014

Sepucuk Surat Untuk Mantan

Sial benar! Sekali lagi aku mendekatkan mataku di depan layar komputer hanya untuk membaca sebuah status pertunangannya di facebook. Semuanya aku lihat jelas, mereka berdua sudah membuat status baru. Tak cukup sekali aku meyakini profil Zenith Marisa yang kedapatan menjalin hubungan dengan Praditya Dana. Dari foto sampul yang terlihat jelas mereka pamerkan kemesraan sambil melempar senyum dan sepasang cincin berkilau jelas melingkar di jari manis mereka berdua.

Enggak, nggak mungkin ini status buat-buatan. Sementara foto-foto mereka saja sudah saling memamerkan kemesraan yang membuat orang lain melihatnya terkesan. Wajar-wajar juga sih, di umur mereka yang sekarang dengan status pertunangan dan bahkan sudah ada yang menikah. Bukan seperti waktu-waktu masih jadi anak sekolah, mau pasang status berpacaran saja takut-takutan terlihat orang tua.

“Hmm.” Aku mendesah-lebih tepatnya mengeluh- saat melihat facebook yang aku buka dengan tampilan pertunangan mereka. “Tak kukira akan secepat ini, Dana. Akhirnya kamu bertunangan dengan Marissa. Padahal selama ini yang kutahu, kalian berdua itu sangat berbeda sifat.”

Selasa, 16 September 2014

What Ever!

Cinta, siapa orang yang tak mengenal kata itu. Bukan hal yang tabu lagi saat ini jika ada anak usia dini sudah mengenal istilah cinta yang di identikkan dengan pacaran. Mereka akan tersipu malu jika ada temannya yang menjodoh-jodohkan dirinya dengan seseorang. Bahkan tak jarang perjodohan itu berakhir dengan kata ‘PACARAN’. Dan, ketika itu pula duniamu akan berubah, yakinlah!!!
Satu tahun berlalu. Hubunganku dengannya semakin erat hingga akhirnya ada wanita lain yang menyelusup. Aku tidak tahu wanita itu turun dari langit keberapa yang jelas ucapannya begitu menyakitkan. Usianya sekitar tiga tahun di bawahku. Sudah sejak lama memang aku merasakan ada cinta yang tumbuh darinya untuk Agha. Terlihat dari pesan-pesan dan komentarnya di facebook. Setiap kali kutanyakan pada Agha, ia hanya menjawab ‘adik-adikan’. Please deh!!!
Sudahlah... aku tak ingin mengingat kejadian tersebut. Intinya sejak hadirnya ‘dia’ hubungan kami merenggang. Aku sudah tak perduli lagi pada Agha yang kerap kali berbohong padaku demi wanita ingusan itu. Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami.

Sendiri...

Malam ini bulan sempurna... tapi tak begitu dengan rasa yang ku kecap dalam perjalanan ini.


Ia tak akan pernah sempurna seperti bulan yang bercahaya terang...karena ku tahu, ia yang begitu kucintai telah meredupkan cahayanya,sinarnya.


Padam. dan aku, tak punya pemantik apa pun untuk menyalakannya.

Mungkin mereka bahagia, bersama pasangannya masing-masing.


Sementara aku, hanya diam berteman sepi, sahabat sejati dalam kesunyian.


Malam ini memang tetap sama, saat aku selalu sendiri.

Aku sering bertanya pada bulan.


Bagaimanakah ia dapat sempurna bercahaya meski ia sendiri.


Berteman sepi. Tidakkah ia iri pada bintang yang berpesta pora setiap malam dengan pasangannya masing-masing? 


Ah,bulan. Aku yang iri padamu. Kau selalu memukau dengan kesendirianmu. Tak sepertiku, yang begitu redup hanya karena ia yg pergi meninggalkanku.

Setia... itu yang mampu aku dapatkan dalam keharmonisan malam, saat bulan dan bintang selalu bersama, kalian terlihat indah di pandang mata, terlihat dengan jelas.


Tapi, apakah aku bisa seperti kalian? Biar malam gelap, kau selalu datang dengan sinarmu yang sempurna.


Hilang, Kini Kau Bersama Dia

Kembali ke hari itu, kau sama sekali tidak berbicara. Jadi, aku pun hanya bisa merutuk dalam hati.

'Bisakah kau tidak membuatku menunggu bahkan ketika kau telah berdiri di sampingku?!'

Tapi kau adalah kau. Lelaki yang setiap harinya lebih suka menghitung berapa kali ombak telah menyentuh pantai ketimbang membalas pesan pendek dariku.

'Jadi, kenapa aku bisa menikah dengan lelaki ini?'
Itulah pertanyaan bodoh yang akhir-akhir ini sering muncul di kepalaku.

***
Maaf, mungkin aku hanya bisa sampaikan satu kalimat yang sebenarnya tak berarti.

Alasan yang tak berguna, bukan jawaban yang tak ingin kau dengar.

Namun, apa daya. Lambatnya waktu membuatmu jenuh menunggu.

Setiap kali aku menghitung ombak, rasanya percuma untuk mengembalikan kepercayaanmu itu.

Kau adalah kau, wanita senja dengan penuh perhara. Setiap petang akan hilang selalu menyimpan keindahannya bersama gelap karena malam.

Pergilah, kasih. Jangan kau tunggu aku lagi.

Mungkin pilihanmu dengan dia, bukan untuk bersamaku kembali.

Maaf, cukup sampai disini, kita bertahan dan tak lagi bersemi.


Jumat, 05 September 2014

Seiap Tempat Punya Manfaat

Setiap tempat punya nilai-nilai tersendiri bagi kita yang mengunjungi. Tentunya kita pernah merasakan dari yang namanya bosan atau pun jengah. Namun, nggak perlu khawatir lagi. Sekarang di ibukota, tepatnya Jakarta. Kita sudah dapat melihat taman-taman yang di sediakan oleh pemprov DKI Jakarta di pinggir jalan, seperti :
·        Taman Suropati
·        Taman Menteng
·        Taman Ayodya
·        Taman Sepat
·        Taman Tanjung
·        Taman Ismail Marzuki
·        Taman Impian Jaya Ancol (Pantai Karnaval)