Rabu, 28 Januari 2015

Kesetian Hidup

Nenek tua yang kulihat di gubuk itu selalu memakai syal untuk menutupi lehernya yang sudah keriput. Ia tinggal seorang diri. Keluarganya telah pergi entah kemana. Dari pagi ia sudah mencari kayu bakar untuk memasak air dan menanak nasi. Umurnya yang hampir setengah abad itu tak membuatnya lemah. Ia selalu mengangkat tumpukan kertas hasil cariannya untuk ditukarkan dengan seliter beras. Tubuhnya sangat kurus. Tinggal kulit pembalut tulang.

Siang harinya ia tak pernah di rumah. Ia pergi ke warung makan untuk mencuci piring. Aku pernah sesekali menyempatkan diri untuk bercakap dengannya. Tutur kata yang halus nan lembut itu tak pernah kulupakan. Ia sangat menghormati tamunya. Apa yang ia punya dikeluarkannya untukku walau hanya dua potong pisang goreng dan segelas air putih. Aku sangat salut mendengar penuturan kisah hidup si Nenek tua itu. Kepahitan yang harus ia telan saat suami tercinta harus pergi untuk selamanya juga sang anak yang meninggalkannya karena tidak sanggup hidup dibawah garis kemiskinan.


Si Nenek tua tidak pernah mengeluh pada siapa pun apalagi menyalahkan takdir. Ia justru berterima kasih pada yang menciptakannya. Dari kesulitan, ia belajar sebuah kesabaran. Ia mengerti bahwa hidup itu indah. Ia tahu bagaimana harus menjalani hidup yang penuh kebahagiaan. Dengan mengingat Sang Kuasa dan almarhum suaminya, hatinya akan selalu tenang.

Saat malam tiba dimana para pejabat tinggi tertidur dengan selimut hangatnya di sebuah hotel, ia justru bermunajat pada Sang Pencipta agar ditempatkan bersama suaminya kelak diakhirat. Angin malam yang sesekali bertiup kencang tak dihiraukannya. Aku tau ia sangat kedinginan. Tubuhnya pasti menggigil karena rumahnya hanya terbuat dari kardus-kardus bekas dan beberapa bilik bambu.

Ia baru tertidur saat jam tiga, di atas sajadah putihnya. Wajahnya sudah keriput, namun masih bisa kulihat seberkas sinar keimanan dari matanya. Ia tak pernah meminta. Ia selalu berusaha melakukan apa pun demi mempertahankan hidupnya.

Kekuatan cintanya yang membuat ia bahagia. Suaminya yang dahulu selalu menyemangati hidupnya masih membekas direlung jiwanya. Suami paling setia yang pernah ia kenal.

Jika hujan datang, rumahnya selalu basah dan itu berarti ia harus tidur di atas genangan air. Tapi ia tidak mengeluh. Ia selalu menerima apa yang sudah menjadi takdirnya. Senyum pun tak pernah ia lupakan. Ia sangat jujur dan profesional dalam segala kegiatannya.

Untuk kepentingan penelitanku, si Nenek tua itu mempersilahkan aku untuk melihat-lihat keadaan dalam rumahnya dan menceritakan perjuangan hidupnya. Aku juga sempat menginap di gubuk itu. Rasa tidak nyaman dan risi menggelayuti pikiranku. Tapi si Nenek tua itu selalu berusaha membuatku nyaman. Dan usahanya pun berhasil. Aku dianggapnya seperti anak sendiri. Ia memasak untukku dan mencucikan baju-baju kotorku walaupun sudah kularang. Tak pernah terpikirkan mengapa dengan teganya anak si Nenek tua itu pergi meninggalkannya yang sesungguhnya masih sangat membutuhkan sosok anak sebagai penyemangat hidupnya.

Si Nenek tua yang malang. Diumurnya yang semakin menua ia harus berjuang seorang diri menjalani hidup. Mereka yang berpunya masih saja menuntut lebih untuk kebahagiaannya. Tapi si Nenek tua yang tak memiliki apa pun tidak pernah menuntut apa-apa demi kebahagiannya. Karena kebahagiaan bukan datang dari harta atau pun pangkat tinggi, melainkan dari mau atau tidaknya orang itu mensyukuri nikmat pemberian tuhan yang tak ternilai.

Siang berganti malam, rasanya tak pernah lelah si Nenek tua itu bertasbih. Memuji asma-Nya. Mulutnya tak pernah berhenti untuk bersyukur. Syal yang dipakainya adalah pemberian suami tercinta saat ia berusia tiga puluh tahun. Syal yang sudah memudar warnanya masih ia kenakan setiap hari agar ia selalu merasa dekat dengan suaminya.

Si Nenek tua yang selalu tertidur dengan selembar koran tak ubahnya menjadi seorang Nenek yang kuat. Apa pun yang terjadi ia tetap berpegang teguh pada ajaran agamanya. Banyak masyarakat yang bersimpati kepadanya, tapi ia berusaha untuk menutupi kesulitan hidupnya itu agar tidak ada yang merasa direpotkan dengannya.

Ia hadir memberikan arti untuk hidupku. Kemewahan yang selama ini kunikmati ternyata tak punya arti apa-apa. karena diakhir hayatku, yang pasti akan kubawa hanyalah sehelai kain putih. Banyak pelajaran berharga yang kuperoleh dari seorang  Nenek tua.

Ia mengajarkanku pula tentang kejujuran, yang sekarang sudah jarang ditemukan pada diri seorang manusia. Kerakusan duniawi yang mengalahkan segalanya. Bahkan mereka rela merendahkan derajatnya sebagai manusia yang berakal demi setumpuk uang yang nilainya tak lebih berharga dari satu ekor unta merah.

Si Nenek tua kini sering sakit-sakitan karena kelelahan. Aku tidak tega melihat kondisinya yang semakin lemah. Tapi ia tak pernah menunjukkan kelemahannya itu. Ia tak ingin aku ikut mengasihani dirinya. Aku tau ia adalah wanita kuat. Tapi, di balik kekuatannya itu tersimpan kerinduan yang membuatnya lemah-rindu sosok suami tercinta.

Si Nenek tua yang selalu tersenyum saat senang maupun sedih. Mengajarkan aku sebuah keikhlasan. Ia tak pernah minta dilahirkan sebagai orang tak berpunya. Ia juga tak pernah menuntut lebih dari apa yang ia dapatkan.

Jika matahari mulai memanasi dunia ia tetap melangkah. Mencari sepeser uang halal untuk penopang hidup. Kulit kakinya yang mulai mengelupas tak pernah ia rasakan. Tak pernah ia mengeluh. Kesendiriannya tak dijadikan masalah untuknya. Ia tetap tersenyum pada dunia. Ia telah membuktikan bahkan harta adalah hal kesekian untuk mencapai sebuah kebahagiaan.

Aku tak bisa membayangkan jika aku berada pada posisi si Nenek tua itu. Mungkin hidupku akan penuh dengan keluhan-keluahan dan isak tangis tak sanggup. Tapi si Nenek tua tak pernah menangis. Tak kulihat air menitik dari bola matanya. Hanya peluh dan debu yang selalu mengerumuni tubuhnya.

Tubuhnya yang tak lagi tegap membuatnya agak kesulitan untuk bekerja. Tulang-tulang rapuhnya membuatku sedih. Si Nenek tua yang selalu menerima takdir dengan senyuman. Si Nenek tua yang tak pernah mengeluh jika kesulitan datang menghampirinya.

Jika kubandingkan dengan anak muda di era modernisasi sekarang ini bagaikan langit dengan bumi. Sangat jauh berbeda. Mereka yang selalu berfoya-foya di club malam. Narkoba, minuman keras.  Apa yang sesungguhnya mereka pikirkan? Apakah mereka yang notabennya adalah manusia berpendidikan tidak tau bahwa dunia ini fana? Apa mereka tidak menyadari bahwa suatu saat segala perbuatannya akan dipertanggung jawabkan pada Sang Pencipta?

Manusia yang disebut-sebut sebagai manusia intelek justru kehilangan sosoknya sebagai manusia. Mereka terjerumus pada arus modernisasi. Mereka menyatakan profesional pada pekerjaannya dan meninggalkan kewajiban-kewajibannya. Apa mereka tidak menyadari bahwa mereka tidak profesional terhadap Sang Pencipta. Yang menciptakannya mulai dari roh ditiupkan sampai pada jasadnya.

Si Nenek tua yang telah mengajarkan itu padaku. mengapa jiwa kemanusiaan itu justru ada pada sosok Nenek yang kini sudah terbaring lemah diatas ranjangnya, bukan pada mereka yang masih bugar?

Si Nenek tua kini tak bisa berjalan. Ia hanya tertidur dikala malam dan terbangun saat fajar datang. Tapi ia masih tidak bisa melakukan apa pun. Tubuhnya semakin tak berdaya. Ia tak bisa memikul tumpukan kertas lagi dipunggungnya. Dan tak bisa duduk untuk mencuci piring di warung-warung makan.


Wajahnya kian pucat. Bibir merahnya telah menyatu dengan warna pipinya yang putih. kelopak matanya mulai mengendur. Garis-garis keriput kian bertambah. Si Nenek tua telah terbaring kaku di ranjangnya. Ia tertidur untuk selamanya. Membiarkan orang-orang menangis didekatnya. Ia telah kembali. Sang Pencipta lebih mencintainya daripada anak yang sudah dikandung si Nenek tua selama sembilan bulan. Si Nenek tua yang selalu tersenyum menyisakan duka mendalam pada kepergiannya untukku.

2 komentar:

  1. Nice story bang, semoga bisa menyadarkan pikiran dangkal manusia :)

    BalasHapus

  2. KABAR GEMBIRA !!
    Kami telah hadir untuk kalian nih guys .
    Ingin Agent terbaik ?? Bosan kalah terus ??
    Jangan asal pilih !! Saat nya merasakan sensasi kemenangan saat ini juga !!
    Bukan memberikan janji Palsu !!
    Memberikan BUKTI NYATA , bukan KATA2 !!
    Yuk Bergabung bersama kami di : QQkicau.net

    Dengan rate tingkat kemenangan tertinggi loh !!
    Dan langsung di layani oleh CS Cantik yang profesional .
    Yuk di buktikan langsung tingkat rating kemenangan terbesar nya , dan rasakan sensasi kemenangan nya ^^

    Tersedia juga nih 8 Permainan dapat di mainkan di 1 User ID .
    8 Game Tersedia :

    • BandarQ
    • DominoQ
    • AduQ
    • Bandar Poker
    • Capsa Susun
    • Poker
    • Sakong
    • Bandar66

    Tingkat kemenangan tertinggi dan juga ada bonus spesial super besar nih di QQkicau.net

    • Bonus Rollingan 0.3% ( Di bagikan setiap 5 hari sekali ) :shock:
    • Bonus Referal 15% ( Bonus setiap mengajak teman2 untuk bergabung )

    Tunggu apa lagi ? Gabung segera !!
    Rate kemenangan tertinggi , Bonus terbesar , Pelayanan yang ramah , Prosed Depo & Withdraw tercepat , Tersedia 5 bank ternama , dan di layani oleh CS cantik & Profesional ..

    Jika ada kendala atau ingin bertanya2 bisa langsung Add Contact kami :

    • WhatsApp : +6281294974686
    • LINE : kicauqq
    • IG : kicauqq_official_poker


    Link Website : QQkicau.net

    #KicauQQ #KicauQQ99 #LiputanKicauQQ #QQKICAU #kicauqqku #kicauqqkita #kicauqqterbaik #kicauqqthebest #kicauqqgambling #qqkicau99 #qqkicauku #PKVGames kunjungi http://148.72.211.84

    BalasHapus