Nenek tua yang kulihat di gubuk itu selalu memakai syal
untuk menutupi lehernya yang sudah keriput. Ia tinggal seorang diri.
Keluarganya telah pergi entah kemana. Dari pagi ia sudah mencari kayu bakar
untuk memasak air dan menanak nasi. Umurnya yang hampir setengah abad itu tak
membuatnya lemah. Ia selalu mengangkat tumpukan kertas hasil cariannya untuk
ditukarkan dengan seliter beras. Tubuhnya sangat kurus. Tinggal kulit pembalut
tulang.
Siang harinya ia tak pernah
di rumah. Ia pergi ke warung makan untuk mencuci piring. Aku pernah sesekali
menyempatkan diri untuk bercakap dengannya. Tutur kata yang halus nan lembut
itu tak pernah kulupakan. Ia sangat menghormati tamunya. Apa yang ia punya
dikeluarkannya untukku walau hanya dua potong pisang goreng dan segelas air
putih. Aku sangat salut mendengar penuturan kisah hidup si Nenek tua itu.
Kepahitan yang harus ia telan saat suami tercinta harus pergi untuk selamanya
juga sang anak yang meninggalkannya karena tidak sanggup hidup dibawah garis
kemiskinan.
Si Nenek tua tidak pernah mengeluh
pada siapa pun apalagi menyalahkan takdir. Ia justru
berterima kasih pada yang menciptakannya. Dari kesulitan, ia belajar sebuah
kesabaran. Ia mengerti bahwa hidup itu indah. Ia tahu bagaimana harus menjalani
hidup yang penuh kebahagiaan. Dengan mengingat Sang Kuasa dan almarhum
suaminya, hatinya akan selalu tenang.
Saat malam tiba dimana para
pejabat tinggi tertidur dengan selimut hangatnya di sebuah hotel, ia justru
bermunajat pada Sang Pencipta agar ditempatkan bersama suaminya kelak
diakhirat. Angin malam yang sesekali bertiup kencang tak dihiraukannya. Aku tau
ia sangat kedinginan. Tubuhnya pasti menggigil karena rumahnya hanya terbuat
dari kardus-kardus bekas dan beberapa bilik bambu.
Ia baru tertidur saat jam
tiga, di atas sajadah putihnya. Wajahnya sudah keriput,
namun masih bisa kulihat seberkas sinar keimanan dari matanya. Ia tak pernah
meminta. Ia selalu berusaha melakukan apa pun demi mempertahankan
hidupnya.
Kekuatan cintanya yang
membuat ia bahagia. Suaminya yang dahulu selalu menyemangati hidupnya masih
membekas direlung jiwanya. Suami paling setia yang pernah ia kenal.
Jika hujan datang, rumahnya
selalu basah dan itu berarti ia harus tidur di atas genangan air. Tapi ia
tidak mengeluh. Ia selalu menerima apa yang sudah menjadi takdirnya. Senyum pun
tak pernah ia lupakan. Ia sangat jujur dan profesional dalam segala
kegiatannya.
Untuk kepentingan
penelitanku, si Nenek tua itu mempersilahkan aku untuk melihat-lihat keadaan
dalam rumahnya dan menceritakan perjuangan hidupnya. Aku juga sempat menginap
di gubuk itu. Rasa tidak nyaman dan risi menggelayuti pikiranku. Tapi si Nenek tua
itu selalu berusaha membuatku nyaman. Dan usahanya pun berhasil. Aku
dianggapnya seperti anak sendiri. Ia memasak untukku dan mencucikan baju-baju
kotorku walaupun sudah kularang. Tak pernah terpikirkan mengapa dengan
teganya anak si Nenek tua itu pergi meninggalkannya yang sesungguhnya masih
sangat membutuhkan sosok anak sebagai penyemangat hidupnya.
Si Nenek tua yang malang.
Diumurnya yang semakin menua ia harus berjuang seorang diri menjalani hidup.
Mereka yang berpunya masih saja menuntut lebih untuk kebahagiaannya. Tapi si
Nenek tua yang tak memiliki apa pun tidak pernah menuntut
apa-apa demi kebahagiannya. Karena kebahagiaan bukan datang dari harta atau pun pangkat tinggi, melainkan
dari mau atau tidaknya orang itu mensyukuri nikmat pemberian tuhan yang tak
ternilai.
Siang berganti malam, rasanya
tak pernah lelah si Nenek tua itu bertasbih. Memuji asma-Nya. Mulutnya tak
pernah berhenti untuk bersyukur. Syal yang dipakainya adalah pemberian suami
tercinta saat ia berusia tiga puluh tahun. Syal yang sudah memudar warnanya
masih ia kenakan setiap hari agar ia selalu merasa dekat dengan suaminya.
Si Nenek tua yang selalu
tertidur dengan selembar koran tak ubahnya menjadi seorang Nenek yang kuat. Apa pun yang terjadi ia tetap
berpegang teguh pada ajaran agamanya. Banyak masyarakat yang bersimpati
kepadanya, tapi ia berusaha untuk menutupi kesulitan hidupnya itu agar tidak
ada yang merasa direpotkan dengannya.
Ia hadir memberikan arti
untuk hidupku. Kemewahan yang selama ini kunikmati ternyata tak punya arti
apa-apa. karena diakhir hayatku, yang pasti akan kubawa hanyalah sehelai kain
putih. Banyak pelajaran berharga yang kuperoleh dari seorang Nenek tua.
Ia mengajarkanku pula tentang
kejujuran, yang sekarang sudah jarang ditemukan pada diri seorang manusia.
Kerakusan duniawi yang mengalahkan segalanya. Bahkan mereka rela merendahkan
derajatnya sebagai manusia yang berakal demi setumpuk uang yang nilainya tak
lebih berharga dari satu ekor unta merah.
Si Nenek tua kini sering
sakit-sakitan karena kelelahan. Aku tidak tega melihat kondisinya yang semakin
lemah. Tapi ia tak pernah menunjukkan kelemahannya itu. Ia tak ingin aku ikut
mengasihani dirinya. Aku tau ia adalah wanita kuat. Tapi, di balik kekuatannya itu
tersimpan kerinduan yang membuatnya lemah-rindu sosok suami tercinta.
Si Nenek tua yang selalu
tersenyum saat senang maupun sedih. Mengajarkan aku sebuah keikhlasan. Ia tak
pernah minta dilahirkan sebagai orang tak berpunya. Ia juga tak pernah menuntut
lebih dari apa yang ia dapatkan.
Jika matahari mulai memanasi
dunia ia tetap melangkah. Mencari sepeser uang halal untuk penopang hidup. Kulit
kakinya yang mulai mengelupas tak pernah ia rasakan. Tak pernah ia mengeluh.
Kesendiriannya tak dijadikan masalah untuknya. Ia tetap tersenyum pada dunia.
Ia telah membuktikan bahkan harta adalah hal kesekian untuk mencapai sebuah
kebahagiaan.
Aku tak bisa membayangkan
jika aku berada pada posisi si Nenek tua itu. Mungkin hidupku akan penuh dengan
keluhan-keluahan dan isak tangis tak sanggup. Tapi si Nenek tua tak pernah
menangis. Tak kulihat air menitik dari bola matanya. Hanya peluh dan debu yang
selalu mengerumuni tubuhnya.
Tubuhnya yang tak lagi tegap
membuatnya agak kesulitan untuk bekerja. Tulang-tulang rapuhnya membuatku
sedih. Si Nenek tua yang selalu menerima takdir dengan senyuman. Si Nenek tua
yang tak pernah mengeluh jika kesulitan datang menghampirinya.
Jika kubandingkan dengan anak
muda di era modernisasi sekarang ini bagaikan langit dengan bumi. Sangat jauh
berbeda. Mereka yang selalu berfoya-foya di club
malam. Narkoba, minuman keras. Apa yang
sesungguhnya mereka pikirkan? Apakah mereka yang notabennya adalah
manusia berpendidikan tidak tau bahwa dunia ini fana? Apa mereka tidak
menyadari bahwa suatu saat segala perbuatannya akan dipertanggung jawabkan pada
Sang Pencipta?
Manusia yang disebut-sebut
sebagai manusia intelek justru kehilangan sosoknya sebagai manusia. Mereka
terjerumus pada arus modernisasi. Mereka menyatakan profesional pada
pekerjaannya dan meninggalkan kewajiban-kewajibannya. Apa mereka tidak
menyadari bahwa mereka tidak profesional terhadap Sang Pencipta. Yang
menciptakannya mulai dari roh ditiupkan sampai pada jasadnya.
Si Nenek tua yang telah
mengajarkan itu padaku. mengapa jiwa kemanusiaan itu justru ada pada sosok
Nenek yang kini sudah terbaring lemah diatas ranjangnya, bukan pada mereka yang
masih bugar?
Si Nenek tua kini tak bisa
berjalan. Ia hanya tertidur dikala malam dan terbangun saat fajar datang. Tapi
ia masih tidak bisa melakukan apa pun. Tubuhnya semakin tak
berdaya. Ia tak bisa memikul tumpukan kertas lagi dipunggungnya. Dan tak bisa
duduk untuk mencuci piring di warung-warung makan.
Wajahnya kian pucat. Bibir
merahnya telah menyatu dengan warna pipinya yang putih. kelopak matanya mulai
mengendur. Garis-garis keriput kian bertambah. Si Nenek tua telah terbaring
kaku di ranjangnya. Ia tertidur untuk selamanya. Membiarkan orang-orang
menangis didekatnya. Ia telah kembali. Sang Pencipta lebih mencintainya
daripada anak yang sudah dikandung si Nenek tua selama sembilan bulan. Si Nenek
tua yang selalu tersenyum menyisakan duka mendalam pada kepergiannya untukku.
Nice story bang, semoga bisa menyadarkan pikiran dangkal manusia :)
BalasHapus
BalasHapusKABAR GEMBIRA !!
Kami telah hadir untuk kalian nih guys .
Ingin Agent terbaik ?? Bosan kalah terus ??
Jangan asal pilih !! Saat nya merasakan sensasi kemenangan saat ini juga !!
Bukan memberikan janji Palsu !!
Memberikan BUKTI NYATA , bukan KATA2 !!
Yuk Bergabung bersama kami di : QQkicau.net
Dengan rate tingkat kemenangan tertinggi loh !!
Dan langsung di layani oleh CS Cantik yang profesional .
Yuk di buktikan langsung tingkat rating kemenangan terbesar nya , dan rasakan sensasi kemenangan nya ^^
Tersedia juga nih 8 Permainan dapat di mainkan di 1 User ID .
8 Game Tersedia :
• BandarQ
• DominoQ
• AduQ
• Bandar Poker
• Capsa Susun
• Poker
• Sakong
• Bandar66
Tingkat kemenangan tertinggi dan juga ada bonus spesial super besar nih di QQkicau.net
• Bonus Rollingan 0.3% ( Di bagikan setiap 5 hari sekali ) :shock:
• Bonus Referal 15% ( Bonus setiap mengajak teman2 untuk bergabung )
Tunggu apa lagi ? Gabung segera !!
Rate kemenangan tertinggi , Bonus terbesar , Pelayanan yang ramah , Prosed Depo & Withdraw tercepat , Tersedia 5 bank ternama , dan di layani oleh CS cantik & Profesional ..
Jika ada kendala atau ingin bertanya2 bisa langsung Add Contact kami :
• WhatsApp : +6281294974686
• LINE : kicauqq
• IG : kicauqq_official_poker
Link Website : QQkicau.net
#KicauQQ #KicauQQ99 #LiputanKicauQQ #QQKICAU #kicauqqku #kicauqqkita #kicauqqterbaik #kicauqqthebest #kicauqqgambling #qqkicau99 #qqkicauku #PKVGames kunjungi http://148.72.211.84