Rabu, 28 Januari 2015

Kesetian Hidup

Nenek tua yang kulihat di gubuk itu selalu memakai syal untuk menutupi lehernya yang sudah keriput. Ia tinggal seorang diri. Keluarganya telah pergi entah kemana. Dari pagi ia sudah mencari kayu bakar untuk memasak air dan menanak nasi. Umurnya yang hampir setengah abad itu tak membuatnya lemah. Ia selalu mengangkat tumpukan kertas hasil cariannya untuk ditukarkan dengan seliter beras. Tubuhnya sangat kurus. Tinggal kulit pembalut tulang.

Siang harinya ia tak pernah di rumah. Ia pergi ke warung makan untuk mencuci piring. Aku pernah sesekali menyempatkan diri untuk bercakap dengannya. Tutur kata yang halus nan lembut itu tak pernah kulupakan. Ia sangat menghormati tamunya. Apa yang ia punya dikeluarkannya untukku walau hanya dua potong pisang goreng dan segelas air putih. Aku sangat salut mendengar penuturan kisah hidup si Nenek tua itu. Kepahitan yang harus ia telan saat suami tercinta harus pergi untuk selamanya juga sang anak yang meninggalkannya karena tidak sanggup hidup dibawah garis kemiskinan.